Reporter: Herlina KD, Handoyo | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Letusan Gunung Kelud yang terjadi Kamis (13/2) malam tak hanya membuat ribuan jiwa mengungsi tetapi juga meluluh lantakkan tanaman pertanian milik petani. Beberapa komoditas yang bakal terkena dampak erupsi Gunung Kelud adalah kedelai dan jagung. Maklum saja, Jawa Timur (Jatim) adalah salah satu sentra produksi dua jenis tanaman pangan ini.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), produksi kedelai dan jagung pada tahun 2013 (berdasarkan angka ramalan/Aram II) masing-masing sebesar 810.000 ton dan 18,51 juta ton. Tahun lalu produksi jagung dari Jatim 5,74 juta ton atau 31,01% dari produksi nasional. Sedangkan produksi kedelai dari Jatim tahun lalu 337.283 ton atau 41,6% dari total produksi nasional.
Berdasarkan Aram I-2013, luas areal tanaman jagung di Jatim 1,19 juta hektare (ha) atau 30,59% dari total luas lahan jagung nasional. Sedangkan lahan kedelai di Jatim 230.356 ha atau 40,30% dari total lahan kedelai nasional.
Mukhlisin, Ketua bidang Kerjasama Antara Lembaga Dewan Kedelai Nasional (DKN) menuturkan letusan Kelud bakal berdampak pada hasil panen kedelai yang akan berlangsung Maret-April. "Kemungkinan besar tidak bisa panen," jelas Mukhlisin, kepada KONTAN, Minggu (16/2).
Mukhlisin yang juga petani kedelai asal Jember, Jatim, ini memprediksi, letusan Kelud berpotensi mengurangi pasokan kedelai dari Jatim hingga 30%. Di Jatim, ada beberapa sentra produksi kedelai yakni Kediri, Jember, Banyuwangi, Pasuruan, dan Nganjuk.
Sayangnya, ia enggan membeberkan perkiraan produksi kedelai dari Jatim tahun ini. Tapi, Mukhlisin mencontohkan, di Kediri saja, produktivitas kedelai mencapai 1,5 ton hingga 2 ton per ha pada setiap musim tanam.
Tapi petani kedelai asal Nganjuk, Timin Kartodihardjo tak terlalu khawatir dampak erupsi Kelud. Alasannya, "Sudah ada hujan, sehingga abu yang jatuh ke tanaman kedelai sudah bersih," ujarnya.
Lagipula, kata Timin, saat ini di Nganjuk belum banyak petani yang menanam kedelai lantaran lahannya masih ditanami padi. Sementara, tanaman kedelai yang ada kini rata-rata baru berumur sepekan.
Bambang Sugiharto, Kepala Sub Direktorat Jagung Direktorat Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan menuturkan erupsi Kelud sudah pasti berdampak pada produksi jagung, mengingat kawasan di sekitar Kelud adalah sentra produksi Jagung. "Laporan dampak erupsi Kelud pada kerusakan tanaman jagung belum ada karena saat ini masih konsentrasi ke tanggap darurat bencana," ujar Bambang.
Maxdeyul Sola, Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional bilang erupsi Kelud secara umum tidak akan berdampak besar pada produksi jagung. Alasannya, saat ini sebagian besar tanaman jagung sudah hampir memasuki masa panen. "Proses pengisian (proses produksi biji pada tongkol jagung) oleh tanaman sudah selesai, dan sekarang tinggal menunggu proses pematangan jagung," katanya.
Menurut Sola dampak erupsi hanya terjadi pada tanaman yang rusak atau roboh akibat letusan. Sedangkan tanaman yang hanya tertutup abu masih bisa dipanen normal.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Udhoro Kasih Anggoro juga masih enggan berkomentar terkait dampak erupsi Kelud terhadap produksi jagung dan kedelai. "Saat ini produksi jagung dan kedelaiĀ sedang didata. Angka resmi produksi tanaman pangan pemerintah diumumkan awal Maret," jelasnya.
Catatan saja, tahun ini Kementan menargetkan produksi jagung 20,84 juta ton. Sementara produksi kedelai nasional 1,5 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News