Sumber: KONTAN | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Keputusan Pemerintah Turki mengenakan bea masuk anti dumping kepada produk ban sepeda dan sepeda motor asal Indonesia mulai Agustus lalu menuai protes produsen. Bahkan, seluruh produsen ban Indonesia menghentikan ekspor semua jenis ban ke Turki selama setahun.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI) Azis Pane, penghentian ekspor ini menjadi kesepakatan semua produsen yang mengekspor ban ke Turki. "Kami menyetop ekspor mulai Agustus kemarin," katanya.
Alasannya, kata Aziz, produk Indonesia kalah bersaing dengan produk impor lain karena ban Indonesia menjadi sangat mahal. Maklum, bea masuk anti dumping itu mengerek tarif bea masuk impor ban asal Indonesia dari 5%-10% menjadi 10%-32%.
“Kami menghentikan ekspor karena kami tak dapat melakukan apa pun atas kebijakan tersebut,” kata Azis, kemarin (15/9). Lagipula, imbuh Aziz, pemerintah juga tidak merespon peristiwa ini.
Aziz menghitung, akibat penghentian ekspor itu, potensi pendapatan ekspor yang hilang mencapai US$ 15 juta- 20 juta setahun. Angka tersebut merupakan total nilai ekspor ban ke Turki pada 2008 lalu.
“Jika menggunakan data proyeksi ekspor kita tahun 2010, potensi income yang hilang mencapai US$ 40 juta,” kata Aziz. Angka US$ 40 juta merupakan target nilai perluasan ekspor produsen ban ke Turki mulai 2010.
Garap pasar Afrika
Sebelum muncul tuduhan anti dumping, eksportir ban nasional sebenarnya tengah bersiap menambah volume ekspor ban seiring meningkatnya permintaan dari negeri tersebut. “Kini semua peluang itu ikut menguap,” katanya.
Sekadar mengingatkan, pemerintah Turki melayangkan tudingan dumping kepada empat eksportir ban asal Indonesia sejak 20 Maret 2009. Mereka adalah PT Industri Karet Deli, PT Hung A Indonesia, PT Surabaya Kencana Tyre Industry, dan PT IRC INOAC Indonesia.
Departemen Perindustrian menyayangkan keputusan para pengusaha. Kata Tony Tanduk, Direktur Industri Kimia Hilir, Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, penghentian itu akan berdampak pada ekspor nasional. “Ini sudah pasti berpengaruh. Kami tetap akan berusaha membantu dan mendukung produsen lokal,” kata Tony.
Namun, ia belum menjelaskan langkah yang akan diambil pemerintah. Sementara, untuk menggantikan pasar Turki, kata Aziz, pengusaha tengah mengembangkan pasar di kawasan Afrika. "Ini alternatif selain memperbesar pasar lokal," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News