Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Sebulan menjelang bulan puasa, produsen daging ayam olahan mulai menaikkan harga jual produknya.
Elisina Desiree Norimarna, Manajer Senior Divisi Rumah Pemotongan Ayam (RPA) PT Sierad Produce Tbk menuturkan, sebulan menjelang bulan puasa pihaknya sudah mulai menaikkan harga beberapa produknya. Harga daging ayam olahan beku misalnya saat ini dijual seharga Rp 23.000 per kilogram (kg). Padahal pada bulan-bulan sebelumnya Sierad masih menjualnya di level Rp 19.000 per kg.
Kenaikan harga itu dipicu oleh terus meningkatnya harga ayam dari peternak. Elisina bilang, saat ini harga ayam dari peternak sudah mencapai Rp 17.000 per kg. Padahal dalam kondisi normal PT Sierad membelinya dengan harga Rp 11.000 per kg. "Kenaikan itu membuat beban produksi meningkat sehingga kami harus menaikkan harga jual beberapa produk," jelas Elisina kepada KONTAN, Senin (4/7).
Selama ini, Sierad mendapatkan pasokan ayam guna menopang usahanya dari 2.000 mitra peternak yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Sementara itu, PT Japfa Comfeed Tbk melakukan pendekatan lain dalam menghadapi kenaikan harga ayam di tingkat peternak. Manajer Produk PT Japfa Comfeed Tbk, Ani Astuti menuturkan sampai saat ini pihaknya belum menaikkan harga jual produknya.
Pasalnya, kenaikan harga ayam masih dalam batas toleransi. Japfa juga tidak menaikkan harga terlebih dahulu karena ingin merebut keuntungan lebih banyak saat permintaan meningkat menjelang puasa.
Meski begitu, Japfa tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan harga jual produknya. Japfa bakal terus memonitor pergerakan harga ayam di tingkat peternak terutama menjelang bulan puasa ini. "Kalau peningkatannya tajam, tentu kita akan melakukan penghitungan ulang," tutur Ani.
Ani menjamin jika pun dilakukan, kenaikan harga itu tidak akan terlalu tinggi. Pasalnya, Japfa sudah memiliki peternakan sendiri yang menopang sektor hilir usahanya. Hal ini membuat Japfa mampu mengontrol harga, kuantitas dan kualitas bahan baku ayam.
Walhasil, meski harga di peternak kebanyakan sudah naik, Japfa masih bisa mengontrolnya sehingga tidak terlalu membebani biaya produksi. "Kita sudah memiliki rantai pasokan yang terintegrasi mulai dari hulu hingga ke hilirnya," imbuh Ani.
Ketua Umum Pusat Informasi Pemasaran Unggas (Pinsar Unggas), Hartono menjelaskan, kenaikan harga ayam sebenarnya lebih disebabkan oleh melonjaknya harga pakan ayam. Ini merupakan ekses dari melonjaknya harga jagung baik di tingkat global maupun lokal.
Imbasnya, peternak mendapat beban pemeliharaan ayam yang pada akhirnya harus ditutupi dengan menaikkan harga jual ayam kepada perusahaan pengolahan seperti Sierad. "Kenaikan ini agar peternak bisa tetap untung," tandas Hartono kepada KONTAN.
Produksi diperbanyak
Sementara itu, Sierad dan Japfa juga berniat meningkatkan kapasitas produksinya guna menghadapi lonjakan permintaan sewaktu puasa.
Elisina menuturkan peningkatan kapasitas itu bakal dilakukan dengan jalan menambah jam pemotongan ayam. Biasanya, jam pemotongan ayam di RPA Sierad hanya 8 jam. Menjelang puasa hingga Lebaran nanti, Sierad bakal menambah jam pemotongan hingga 10 jam per hari.
Elisina bilang, penambahan produksi itu bakal digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik di Jabodetabek maupun di daerah lain seperti Jawa Timur, Batam dan Papua. Sierad biasanya memasok ayam ke daerah-daerah itu dalam dua jenis yaitu ayam segar dan ayam beku. Ayam produksi Sierad biasanya sekitar 2%-nya dipasarkan melalui pasar tradisional, sedangkan sisanya melalui pasar modern terutama Bel-Mart dan Carrefour.
Japfa juga tidak mau kalah untuk menambah produksi menjelang puasa. Ani bilang, biasanya Japfa bisa menaikkan produksi hingga 2 kali lipat ketika mendekati puasa. Caranya, mempersiapkan tenaga kerja tambahan dan menambah jam kerja. "Kami ingin mendapatkan keuntungan tambahan," jelas Ani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News