kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Program konversi BBM ke BBG mandek


Sabtu, 04 Agustus 2018 / 14:25 WIB
Program konversi BBM ke BBG mandek


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) pernah menjadi kampanye besar-besaran pemerintah. Pada 2015 silam, terbit Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga BBG untuk Transportasi Jalan.

Namun, program konversi BBG hingga kini tersendat. Vice President Corporate Communication PT Pertamina Adiatma Sardjito mengakui ada kendala dalam program konversi BBM ke BBG. Salah satu pemicunya adalah minimnya dukungan regulasi untuk mengikat masyarakat agar beralih ke BBG.

Selain itu, harga jual compressed natural gas (CNG) hanya Rp 3.100 per liter setara premium (lsp) di Jabodetabek, sehingga dinilai tak ekonomis. Saat ini ada 57 unit stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang dikelola Pertamina Retail dan mitranya.

"Pasar BBG memang cukup besar. Namun karena masyarakat belum wajib beralih ke BBG, pasar tersebut masih terbatas. Jadi mesti ada pembahasan yang lebih komprehensif. Termasuk antara regulator dan produsen kendaraan," ujar Adiatma kepada Kontan.co.id, Kamis (2/8).

Sementara PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menilai potensi penggunaan BBG di sektor transportasi semakin membaik. Akan tetapi, Direktur Komersial PGN Danny Praditya lebih senang menyebut program ini sebagai diversifikasi, bukan konversi. "Kalau konversi itu berarti seluruh Indonesia harus punya program yang sama. Tetapi ini selected area, di mana ada gas dan infrastrukturnya, itu kami kembangkan untuk transportasi," ujar dia.

Kolaborasi antara pemerintah dan komunitas menjadi kunci penerapan BBG. "Kami punya contoh adanya intervensi pemerintah, seperti di Batam, pertumbuhannya menarik. Juga concern untuk mengembangkan komunitas. Seperti di Jakarta, kita punya komunitas Bajaj Gas. Di daerah lain seperti Sukabumi dan Serang juga ada komunitasnya," imbuh Danny.

Saat ini, PGN mengelola 13 SPBG, 4 mobile refueling unit (MRU), dan 1 pressure reducing station (PRS). Pertamina dan PGN tidak memasang target penambahan fasilitas pengisian BBG. "Kami ingin mengoptimalkan SPBG yang ada dulu, supaya secara operasional program ini terus berjalan, tutur Danny.

Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto mengatakan, program konversi BBM ke BBG masih berjalan. "Progresnya bagus, jalan terus. Kendala tidak ada, hanya anggaran terbatas," klaim dia.

Djoko mengatakan, pemerintah saat ini lebih menargetkan pembangunan jaringan gas dan konversi dari minyak tanah ke liquefied natural gas (LPG). Pemerintah menargetkan 25.000 unit konverter kit BBM ke LPG untuk nelayan kecil di 55 kabupaten/kota yang akan digarap pada tahun ini. Hal tersebut merujuk pada Perpres Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×