Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) memilih konservatif tahun ini. Ini terlihat dari alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini yang hanya Rp 500 miliar–Rp 700 miliar. Belanja itu lebih kecil ketimbang tahun lalu yang mencapai Rp 1 triliun.
Dari total belanja modal, Rp 300 miliar–Rp 400 miliar akan digunakan untuk mengakuisisi lahan. Barulah, sisanya dipakai untuk mendukung pengerjaan proyek lama dan proyek baru.
Sumber pendanaan belanja modal dari kas internal. "Sumber pendanaan, kami juga konservatif, sebisa mungkin akan kami gunakan kas internal terlebih dahulu," terang Direktur Utama PT Duta Pertiwi Lie Jani Harjanto, (6/5).
Lantaran alokasi belanja modal lebih mini, Duta Pertiwi hanya berencana menggeber dua proyek anyar tahun ini. Pertama, menggarap proyek Aerium Taman Permata Buana di Jakarta Barat. Di atas lahan seluas 1,8 hektare (ha), pengembang ini akan membangun dua menara kondominium. Proyek itu akan diluncurkan semester II-2015.
Duta Pertiwi menggandeng perusahaan asal Jepang bernama Itochu Group dalam menggarap proyek itu. Nilai proyeknya dalam bentuk gross development value mencapai Rp 2 triliun.
Kedua, menggarap proyek superblok seluas 5,4 ha di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Superblok itu akan berisi area ritel, service apartment, hotel dan kondominium.
Hanya, Duta Pertiwi masih mematangkan konsep dan desain superblok itu. Rencananya, pengembangan tahap pertama akan dimulai dengan membangun kondominium. Pengembang berkode saham DUTI di Bursa Efek Indonesia tersebut menargetkan pengembangan proyek tahap awal bisa mendatangkan penjualan Rp 300 miliar.
Selain dua proyek anyar tersebut, kinerja Duta Pertiwi tahun ini hanya akan ditopang proyek Grand Wisata Bekasi dan Kota Wisata Cibubur. Dua portofolio tersebut merupakan portofolio lawas mereka.
Grand Wisata Bekasi memiliki luas 1.100 ha dan sudah dikembangkan sejak 2005. Duta Pertiwi telah mengembangkan 360 ha lahan di proyek itu. Saat ini ada sisa tabungan lahan atawa landbank yang masih bisa dikembangkan seluas 530 ha.
Kalau Kota Wisata malah sudah dikembangkan sejak 1996. Duta Pertiwi sudah mengembangkan 362 ha lahan di proyek itu. Kini, masih tersisa landbank seluas 120 ha.
Duta Pertiwi mengaku memang tengah hati-hati berekspansi karena menilai masih ada tekanan terhadap industri properti. Tekanan itu paling tidak terlihat dari kinerja kuartal I-2015.
Pada periode itu, pendapatan Duta Pertiwi melorot 18,18% menjadi Rp 366,02 miliar. Sementara laba bersih melorot 34,19% menjadi Rp 152,47 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News