kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Prospek Harga Logam Industri Bergantung pada Kondisi Ekonomi Global


Minggu, 21 September 2025 / 19:58 WIB
Prospek Harga Logam Industri Bergantung pada Kondisi Ekonomi Global
ILUSTRASI. Produsen Komponen Alat Berat --- Pekerja melakukan pemotongan logam dengan laser saat membuat komponenl alat berat skala Industri Kecil Menengah (IKM) di bengkel kerja PT Ejitama Internusa Persada, Tegal, Jawa tengah, Senin (31/7/2023). Bank sentral Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan tak akan agresif memangkas suku bunga ke depan, turut menekan harga logam industri.


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTABank sentral Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan tak akan agresif memangkas suku bunga ke depan, turut menekan harga logam industri. Ke depan, harga logam industri akan ditentukan perekonomian global.

Mengacu data Trading Economics, hingga perdagangan Jumat (19/9/2025), harga aluminium turun 0,88% ke US$ 2.672,7 per ton, harga timah melemah 1,85% ke US$ 33.711 per ton, sedangkan nikel juga melemah 0,42% ke US$ 15.270 per ton.

Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong memandang, pelemahan komoditas logam industri secara umum disebabkan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). 

“Ini terjadi seiring sikap Federal Reserve (The Fed) yang tidak begitu dovish pada FOMC,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (21/9/2025).

Hingga akhir tahun, Lukman mencermati, sentimen yang memengaruhi harga logam industri umumnya masih sama, yakni ekspektasi pemangkasan suku bunga. Adapun stimulus dan proyek-proyek Tiongkok dapat mendukung harga.

“Namun, pengaturan pada produksi terkait overcapacity di Tiongkok menekan harga,” imbuh Lukman.

Selain itu, Lukman melihat, sentimen utama juga masih berasal dari perekonomian global, termasuk dampak tarif perdagangan, transisi energi terbarukan, hingga perkembangan kendaraan listrik (EV).

"Di sisi lain, faktor gangguan produksi, baik karena kendala teknis, dinamika politik, maupun kebijakan pemerintah, juga berpotensi mengerek harga," tambahnya.

Dari sisi pasokan, Lukman menilai hanya nikel yang masih dalam kondisi kelebihan suplai, sehingga membatasi potensi penguatan harga lebih lanjut.

Dengan pertimbangan tersebut, Lukman menaksir harga aluminium hingga akhir tahun berada di rentang US$ 2.900–US$ 3.000 per ton, timah di level US$ 36.000 per ton, sedangkan nikel di sekitar US$ 15.000 per ton.

Selanjutnya: Bank Mega Syariah Catat Pertumbuhan Pembiayaan Rumah 51%, Tembus Rp 344 Miliar

Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Ada Mawar!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×