Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Pemerintah harus bersikap tegas terhadap proyek Donggi-Senoro. Karena para pembeli Donggi-Senoro menunggu kepastian soal proyek yang targetnya dimulai pada tahun ini. Apabila pemerintah tidak memberikan kepastian, bukan tak mungkin lagi para calon pembeli Donggi akan mundur.
“Bisnis itu harus ada kepastian selain itu kita kan juga memiliki kompetisi sehingga mungkin saja pembeli itu kabur karena mereka juga punya deadline,” ujar Presiden Direktur PT Medco E&P Indonesia, Budi Basuki kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Budi mempertanyakan kepada pemerintah mengapa Donggi Senoro itu tidak diperbolehkan untuk ekspor. Sedangkan untuk lapangan Tangguh, pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk ekspor. Padahal yang menikmati keuntungan dari Donggi Senoro adalah perusahaan nasional. Sedangkan untuk lapangan Tangguh, pemainnya adalah pemain internasional.
“Selama ini yang menikmati gas mahal itu pemain besar, masa pemain nasional tidak boleh,” protes Budi.
Ia menyayangkan sikap pemerintah yang terus mengulur proyek hingga 2014. Padahal Konsorsium Medco dan Pertamina sudah menghabiskan dana sebesar Rp 700 miliar untuk proyek tersebut.
Selain membuat kabur pembeli, dampak lainnya adalah bisa mengurangi waktu untuk memproduksi sehingga nilai keekonomiannya akan turun. Begitupun juga, penundaan ini akan merusak pasar. Menurut Budi, tidak adanya kepastian ini akan membuat harga jual gas Donggi Senoro akan jatuh.
“Tapi yang paling dikhawatirkan adalah market LNG itu sudah jenuh. Australia dan Qatar sudah keluar, market kita akan terganggu,” lanjut Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News