kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek PLTA Aceh terkendala pembebasan lahan


Minggu, 01 Mei 2016 / 16:05 WIB
Proyek PLTA Aceh terkendala pembebasan lahan


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Penyelesaian proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA ) Peusangan berkapasitas 88 Mega Watt (MW) masih terkendala. PT PLN ( Persero) masih mengalami beberapa permasalahan pembebasan lahan PLTA dan transmisi, seperti sengketa kepemilikan tanah dan penetapan harga tanah oleh apraisal yang baru selesai pada Juni 2015.

Manager Senior Public Relations PLN Agung Murdifi mengatakan, pembebasan lahan ini menjadi satu titik yang menghambat pembangunan pembangkit dan transmisi secara keseluruhan. "Untuk itu kami berharap peran serta seluruh stakeholder terkait untuk segera mengatasi permasalahan pembebasan lahan ini, kami juga optimis dengan bantuan PerPres no 4 tahun 2016 terkait percepatan infrastuktur kelistrikan, masalah ini akan segera teratasi" ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/5).

Hingga bulan Maret, tercatat dari total 246 ha lahan yg diperlukan, 209 ha di antaranya telah dibebaskan. Sedangkan, untuk SUTT 150 kV Bireun Takengon, dari 203 tower transmisi yang ditargetkan, sampai dengan April 2016, PLN baru berhasil membebaskan lahan untuk 119 tower transmisi, sementara 84 masih dalam proses pembebasan lahan.

Selain masalah pembebasan lahan, dalam proses pembangunan PLTA Peusangan dan transmisi Bieruen - Takengon, PLN juga menghadapi beberapa kendala, diantaranya adalah kondisi geologi terowongan yang kurang baik, sehingga proses penggalian memerlukan waktu yang lama dan diperlukan adanya perubahan metode kerja. Lokasi Underground Powerhouse yang berada di daerah patahan bumi Semangko pun mengakibatkan perlu diadakannya penelitian ulang termasuk perubahan desain peta rancangan.

"Personil kami dilapangan saat ini bekerja ekstra keras untuk segera menyelesaikan hambatan yang terjadi, karena kami ingin menyelesaikan seluruh proses pembangunan sesuai target" ujar Agung.

PLTA Peusangan 88 MW ini rencananya akan menjadi pembangkit listrik terbesar di Aceh yang memanfaatkan energi baru terbarukan. Saat ini pembangunan PLTA telah mencapai 56,7% dan ditargetkan akan memperkuat sistem Aceh pada 2019.

Selain pembangunan PLTA Peusangan, PLN juga tengah membangun transmisi yang menjadi penghubung antara Bireuen dengan Takengon dan membangun jaringan distribusi di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Bireun. Pembangunan jaringan distribusi tersebut telah selesai 100%. Pembangunan transmisi Bireun-Takengon merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penyaluran energi yang nantinya akan dibangkitkan oleh PLTA Peusangan.

Beban puncak sistem Aceh sekarang berkisar 320 MW s/d 340 MW, kehadiran PLTA Peusangan di Aceh sangat penting untuk menambah pasokan listrik. Saat ini sistem kelistrikan Aceh bertumpu pada beberapa unit pembangkit utama dari sistem Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), dan dua pembangkit besar yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya 160 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Arun 184 MW.

Ketika salah satu pembangkit ini mengalami gangguan, maka dapat berpengaruh terhadap kestabilan sistem dan mengganggu sistem kelistrikan secara keseluruhan. Selain itu apabila terdapat gangguan transmisi pada sistem Sumbagut, maka sistem kelistrikan Aceh akan mengalami gangguan secara keseluruhan.

PLTA menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan murah. Pembangunan PLTA ini diharapkan dapat mendukung sektor pariwisata dan perekonomian setempat, juga akan menjadi kebanggaan masyarakat Aceh, khusunya Kabupaten Aceh Tengah dan sekitarnya karena merupakan PLTA yang terbesar kapasitasnya di wilayah Aceh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×