kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Proyek Pusri II menunggu kepastian pasokan gas


Rabu, 16 Februari 2011 / 10:04 WIB
Proyek Pusri II menunggu kepastian pasokan gas
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Minimnya pasokan gas masih menjadi momok menakutkan bagi para produsen pupuk. Buktinya, hingga saat ini produsen pupuk masih mengalami kendala dalam suplai gas.

PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri), misalnya. Sampai saat ini BUMN pupuk itu masih sibuk mencari kepastian pasokan gas untuk revitalisasi pabrik Pusri unit II.

Meski telah mendapatkan jaminan pasokan gas dari Medco, jumlahnya masih belum mencukupi kebutuhan Pusri. "Kami masih mengharapkan bantuan pasokan gas, minimal untuk bahan baku," ungkap Eko Sunarko, Direktur Utama Pusri, Senin (14/2). Selain gas, Pusri membutuhkan batubara sebagai bahan bakar pembangkitnya.

Eko menuturkan, kebutuhan gas untuk pabrik Pusri Palembang unit II mencapai 82 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Sementara pasokan gas dari Medco hanya sebesar 45 mmscfd. Ini artinya Pusri masih harus mencari 37 mmscfd.

Medco telah menyepakati perpanjangan kontrak pemasokan gas ke Pusri hingga tahun 2022. Saat ini, Pusri masih mencari pemasok gas dari pihak lain.
Sebagai gambaran, Pusri memiliki empat unit pabrik yang dibangun pada era tahun 1970-an dan 1990-an. Mesin pabrik pupuk milik Pusri ini sudah terbilang berusia tua, sehingga pengoperasiannya tidak efisien lagi, dan lebih boros gas.

Menurut Eko, rata-rata produksi setiap satu ton pupuk urea menghabiskan gas sebanyak 37 hingga 38 mmbtu (million metric british thermal unit). Pemakaian gas ini terbilang sangat boros.

Sebab, jika menggunakan pabrik baru, Eko menghitung untuk menghasilkan setiap ton produksi pupuk hanya menghabiskan gas sekitar 25 mmbtu. "Jika dihitung setahun, selisih itu sama dengan kapasitas produksi 570.000 ton per tahun, maka biaya pemborosannya bisa digunakan untuk membangun satu pabrik baru," kata Eko.

Dengan pertimbangan itu, Pusri ingin meningkatkan kemampuan produksi pabrik pupuk. Namun, revitalisasi pabrik ini sangat bergantung kepada jaminan pasokan gas sebagai bahan baku utama pupuk urea.

Pabrik baru hemat gas

Deputi Industri Primer Kementrian BUMN, Megananda Daryono menjanjikan bahwa pasokan gas untuk Pusri II segera teratasi. Dia juga menyatakan, revitalisasi pabrik pupuk akan berjalan sesuai dengan jadwal. "Sat ini kami sedang menyiapkan MoU-nya," kata Megananda.

Merujuk data Pusri, tahun ini Pusri Palembang akan memproduksi pupuk amoniak sebesar 1,34 juta ton, dan produksi urea sebanyak 2,05 juta ton. Tahun lalu, Pusri Palembang berhasil memproduksi pupuk amoniak sebanyak 1,35 juta ton.

Realisasi produksi tersebut lebih tinggi dari target awal sebesar 1,33 juta ton. Sedangkan total jumlah produksi pupuk urea tahun lalu mencapai 2,03 juta ton.

Eko mengatakan. Kapasitas produksi urea ini masih bisa dinaikkan hingga mencapai 2,5 juta ton. "Asalkan pasokan gasnya tersedia maka kapasitas terpasang Pusri bisa segitu," tandas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×