Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen garam pelat merah, yaitu PT Garam berencana membangun dua pabrik garam pada tahun depan. Pabrik pertama akan memproduksi garam konsumsi, sedang pabrik kedua menghasilkan garam refinery.
Dengan dibangunnya dua pabrik baru itu, PT Garam berharap bisa memperbesar produksi garam nasional. Dengan begitu, maka garam petani rakyat bisa terserap lebih banyak, sehingga impor garam bisa berkurang.
Direktur Utama PT Garam Budi Sasongko mengatakan, rencana pembangunan dua pabrik garam itu merupakan kelanjutan hasil pertemuannya dengan China Salt Industry Coorporation (CNSIC) pada awal Agustus 2018.
"Kami akan adopsi beberapa teknologi refinery untuk 2019, kami akan bangun dua pabrik untuk industri garam konsumsi dan satu lagi untuk refinery. Garam refinery bisa untuk industri makanan dan industri lain," katanya kepada KONTAN, Jumat (31/8).
Untuk merealisasikan rencana itu, PT Garam kini masih membuat kajian anggaran. Rencananya, kedua pabrik garam akan berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Hal ini mempertimbangkan adanya kawasan industri yang terintegrasi di area tersebut.
PT Garam menargetkan kedua pabrik itu bisa memproduksi garam hingga sebesar 100.000 ton per tahun. Namun, pabrik akan dirancang agar kapasitas produksinya bisa dikembangkan hingga mencapai 200.000 ton per tahun.
Jika rencana itu berjalan lancar, maka produksi garam PT Garam akan melonjak. Pada tahun ini PT Garam menargetkan produksi 350.000 ton, naik 77% dibandingkan tahun lalu 198.000 ton. "Realisasi sementara sebanyak 138.00 ton," ujar Budi. PT Garam optimistis bisa mencapai target itu hingga akhir tahun. Pasalnya, kondisi cuaca tahun ini mendukung untuk produksi garam.
Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin berharap pabrik PT Garam benar-benar bisa meningkatkan serapan garam petani. "Tahun ini PT Garam cukup aktif menyerap garam rakyat," katanya.
Penyerapan yang tinggi terjadi seiring dengan panen garam yang melimpah tahun ini. Cuaca kering dan musim panas mendukung proses pengeringan. "Di Surabaya memang sempat hujan deras, tapi hujan tidak sampai di area lahan garam," kata Jakfar.
Stok garam rakyat juga terserap baik oleh pasar dan industri. Selain PT Garam, dua perusahaan yang juga banyak menyerap garam rakyat adalah PT Unichem Candi Indonesia dan PT Susanti Megah.
Oleh karena itulah, harga garam tidak banyak berubah walau pasokan sedang melimpah. Garam Franco Surabaya kualitas 1 dihargai di Rp 1.600 per kg. Kualitas 2 dihargai Rp 1.300–Rp 1.400 per kg, dan kualitas 3 seharga Rp 1.000 per kg. Harga ini tidak jauh berbeda dibanding awal Agustus lalu. "Penyerapan yang baik menjadikan harga garam tidak turun," kata Jakfar. Ia memperkirakan panen garam tahun ini mencapai 2 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News