Reporter: Mimi Silvia | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perusahaan farmasi PT Pyridam Farma Tbk menjajaki pasar ekspor obat-obatan ke Asia Tenggara. Beberapa negara yang menjadi target ekspor adalah; Vietnam, Myanmar dan Kamboja.
Steven Setiawan, Corporate Secretary PT Pyridam Farma Tbk menyatakan, ekspansi ke negara anggota ASEAN tersebut butuh waktu lama. Sebab, emiten berkode saham PYFA ini berhadapan dengan kompetitor dari China. "Tantangan kami berat," kata Steven kepada KONTAN, Senin (23/11).
Selain di lingkup ASEAN, Manajemen Pyridam berupaya mencari pangsa pasar baru ke Afghanistan. Perusahaan ini berharap, penambahan target negara mendongkrak kontribusi ekspor naik menjadi 1%. Sampai kuartal III-2015, kontribusi ekspor Pyridam masih kurang dari 1%.
Mengenai produksi, tahun depan Pyridam masih mengandalkan kapasitas produksi pabrik yang sudah ada. Adapun rencana pembangunan pabrik biofarmasi, hingga saat ini masih ditunda. Steven bilang, penundaan pembangunan pabrik sampai batas waktu yang tak terbatas.
Padahal, rencana pembangunan pabrik telah bergaung sejak tahun lalu. Pyridam bahkan telah melakukan penandatanganan kerjasama (memorandum of understanding) dengan Hankook Korus Pharm Co Ltd perusahaan farmasi asal Korea Selatan.
Kabar terakhir, rencana kerjasama investasi senilai US$ 12 juta itu tak lagi berlanjut. Belum diketahui apa penyebab pembatalan kerjasama kedua identitas bisnis berbeda bendera ini.
Saat pembangunan pabrik tertunda, manajemen Pyridam memaksimalkan pabrik yang sudah ada. Tahun depan, Pyridam Farma mengalokasikan belanja modal untuk peremajaan dan penambahan mesin pabrik. Adapun nilai belanja modal yang dipersiapkan, Steven bilang tak akan melampaui belanja modal tahun ini yang tercatat Rp 3 miliar. Sampai dengan kuartal III-2015, belanja modal tahun ini sudah terserap sebesar 80%.
Tahun ini, Steven masih mengacu pada target pertumbuhan penjualan 9,5%. Karena pencapaian penjualan kuartal III-2015 turun 1,3% (lihat tabel), manajemen Pyridam berusaha memaksimalkan penjualan kuartal IV-2015.
Selain memaksimalkan penjualan di pengujung tahun, manajemen Pyridam akan melakukan efisiensi agar melemahnya penjualan tak berpengaruh besar terhadap laba. Upaya efisiensi dilakukan karena beban produksi mereka naik karena terkena dampak pelemahan rupiah.
Akibat pelemahan rupiah, biaya produksi Pyridam Farma naik, maklum perusahaan farmasi ini mengandalkan bahan baku impor. Selain karena pelemahan rupiah, beban Pyridam tahun 2015 bertambah berat karena adanya kenaikan upah buruh dan berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). "Kami harap tahun depan rupiah bisa stabil," harap Steven.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News