Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) cukup puas dengan pencapaian kinerja keuangan di semester I 2018. Pasalnya, produsen jamu Tolak Angin Sido Muncul itu mampu mengempiskan beban pokok penjualan sebesar 5,38% year on year (yoy) menjadi Rp 638,46 miliar.
Penurunan beban pokok penjualan memang hanya single digit. Namun, dampaknya cukup signifikan terhadap bottom line. Sido Muncul mampu meningkatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atawa laba bersih sebesar 19,11% yoy menjadi Rp 291,77 miliar.
Padahal, pertumbuhan penjualan tak setinggi laba bersih. Kalau dihitung, nilai penjualan Rp 1,27 triliun setara dengan pertumbuhan 4,96% yoy.
Manajemen Sido Muncul menyebutkan, penurunan beban pokok penjualan adalah efek dari operasional fasilitas produksi ekstraksi modern. "Kami bisa meningkatkan efisiensi produksi yang signifikan, serta menghemat penggunaan bahan, lalu proses produksi yang lebih cepat berdampak pada kinerja kami," terang David Hidayat, Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Muncul Tbk kepada KONTAN Senin (20/8).
Selain produksi, Sido Muncul mengupayakan peningkatan efisiensi biaya pada lini distribusi. Sepanjang semester I kemarin, perusahaan yang tercatat dengan kode saham SIDO di Bursa Efek Indonesia itu membenahi sistem distribusi di pasar tradisional maupun modern.
Berkaca dari pencapaian paruh pertama 2018, Sido Muncul yakin bisa melanjutkan tren pertumbuhan kinerja sampai tutup tahun. Patokan target pertumbuhan penjualan mereka 10% yoy. Sementara target pertumbuhan laba bersihnya lebih tinggi ketimbang dari target pertumbuhan penjualan.
Sebagai perbandingan, tahun 2017 kemarin Sido Muncul membukukan penjualan sebesar Rp 2,57 triliun. Sementara laba bersih mereka Rp 533,79 miliar.
Pabrik jamu cair
Target pertumbuhan penjualan Sido Muncul tahun ini mengacu pada realisasi tren industri jamu dan produk herbal. Meminjam data Kementerian Perindustrian, manajemen Sido Muncul menyebutkan pada tahun lalu industri jamu dan produk herbal tumbuh 10% yoy. Katalis positifnya adalah tren gaya hidup kembali ke alam atau back to nature.
Namun, Sido Muncul tak menutup mata dengan tantangan yang masih dihadapi. "Entry barrier (hambatan masuk) untuk industri jamu ini sangat tinggi dan tantangan ini sekaligus menjadi peluang bagi kami yang telah menekuni industri ini sejak lama," ungkap David.
Belum lagi persaingan bisnis antar kompetitor juga cukup ketat. Oleh karena itu, Sido Muncul berupaya mencari cara agar roda bisnisnya senantiasa maju.
Salah satu yang tengah Sido Muncul siapkan adalah pemasangan mesin baru pada fasilitas produksi Cairan Obat Dalam II. Menurut informasi dalam materi paparan publik Agustus 2018, fasilitas produksi itu mampu memproduksi 100 juta sachet semua varian jamu cair per bulan. Mereka mengklaim, fasilitas yang dipakai mampu menghindari kesalahan produksi dan kelalaian manusia.
Paling lambat, fasilitas Cairan Obat Dalam II tersebut beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2018. "Saat ini masih dalam proses produksi percobaan, dimana menunggu stabilitas produk," jelas David.
Sebelumnya, Sido Muncul mengabarkan rencana pembangunan dua lini produksi baru untuk jamu cair dan jamu kapsul. Total nilai investasi keduanya sekitar
Rp 715 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News