Reporter: Adisti Dini Indreswari, Amailia Putri Hasniawati | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. PT Supra Boga Lestari Tbk bersiap mengembangkan bisnis baru, yakni convenience store. Hal itu tercermin dari proses akuisisi Supra Boga atas PT Bahagia Niaga Lestari (BNL).
BNL merupakan pemegang perjanjian waralaba eksklusif convenience store asal Jepang, Ministop Co. Ltd. di Indonesia. Emiten berkode saham RANC ini telah menandatangani perjanjian pemesanan saham BNL pada 16 Mei 2013 lalu.
Aksi ini merupakan awal dari proses penyertaan saham oleh RANC terhadap BNL. BNL bakal menerbitkan 28.000 saham baru atau setara dengan 70% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh BNL. "Harga per saham sebesar Rp 1 juta," begitu pernyataan resmi Direksi Supra Boga Lestari, Jumat (17/5).
Dengan demikian, total transaksi penyertaan saham itu mencapai Rp 28 miliar. RANC akan menggunakan pinjaman bank jangka panjang untuk mendanai aksi korporasi tersebut.
Sekadar mengingatkan, sebelumnya, Bahagia Niaga merupakan perusahaan patungan antara Supra Boga Lestari dan PT Summarecon Agung Tbk. Pada akhir 2011, RANC menjual saham BNL kepada Djeradjat Yanto Joso, Komisaris RANC.
Lantaran tergiur semerbak bisnis convenience store yang berkembang pesat, RANC akhirnya bersikukuh ingin memilikinya kembali. Transaksi ini merupakan transaksi terafiliasi. Supra Boga dan BNL sama-sama dimiliki oleh pemegang saham yang sama.
Menguntungkan
Sebelum transaksi, Djerajat menguasai 99,99% saham BNL. Djarajat merupakan pemilik 22,94% saham PT Prima Rasa Inti (PRI) dan 30% saham PT Gunaprima Karyaperkasa (GK). Nah, Prima Rasa dan Gunaprima adalah pemegang saham RANC. Masing-masing menguasai 20,80% dan 16,80% saham RANC.
Adapun, pemegang saham RANC lainnya adalah PT Ekaputri Mandiri sebesar 8,4%, PT Wijaya Sumber Sejahtera sebesar 29,2%, sisanya pemegang saham publik. Setelah aksi ini, BNL akan menjadi bagian dari RANC.
Direktur Utama RANC dan Direktur RANC memangku jabatan yang sama di BNL. Nugroho Setiadharma sebagai Direktur Utama dan Harman Siswanto sebagai Direktur.
Kinerja BNL per akhir 2012 tidaklah memuaskan. Berdasarkan keterbukaan informasi Supra Boga Lestari, BNL mengalami rugi bersih sebesar Rp 1,71 miliar tahun lalu. Akhir 2011, BNL mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4,5 miliar.
Penyebabnya, sepanjang 2012, BNL tidak memiliki penghasilan sepeser pun. Sementara itu, total aset BNL menyusut dari Rp 27,38 miliar menjadi Rp 14,95 miliar. Nilai aset lancar anjlok dari Rp 26,76 miliar menjadi Rp 4,2 miliar. Sedangkan aset tidak lancar melonjak dari Rp 628,12 juta menjadi Rp 10,74 miliar.
Namun, berdasarkan hasil penilaian Kantor Jasa Penilai Publik, Inskandar Asmawi, investasi saham BNL cukup menguntungkan. Hal itu tercermin dari tingkat pengembalian internal alias internal rate of return (IRR) yang mencapai 42,96%.
Angka ini lebih besar dari tingkat bunga modal (WACC) yang sebesar 13,67%. Adapun lama pengembalian investasi (payback period) bisni ini diperkirakan 7,7 tahun. Mengutip riset Nielsen, jenis ritel modern yang perkembangannya paling pesat adalah convenience store, yakni lebih dari 20% per tahun.
Nugroho Setiadharma, Direktur Utama RANC bilang, pembukaan gerai Ministop pertama akan dilakukan pada tanggal 19 Juni 2013. "Lokasi nya di Bintaro, Jakarta Selatan," ujarnya. Hingga 2018, targetnya akan ada 300 gerai Ministop yang tersebar di Indonesia. Tahun ini, targetnya akan dibangun 10 gerai. Fokus lokasinya masih di sekitar Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News