kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rumah sederhana tak cocok dibangun di Tangerang


Senin, 11 November 2013 / 08:36 WIB
Rumah sederhana tak cocok dibangun di Tangerang
ILUSTRASI. Cara Mengatasi Kulit Kusam


Sumber: TribunNews.co | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

TANGERANG. Kota Tangerang dan Tangerang Selatan (Tangsel) dianggap tidak cocok bagi perumahan berkonsep sederhana. Karena harga tanah di kedua daerah itu sudah sangat tinggi.

Demikian yang dikatakan Vidi Surfiadi, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) DPD Banten, saat acara peresmian kantor Apersi Banten di Ruko Palem Semi, Karawaci, Kabupaten Tangerang, Minggu (10/11/2013).

"Rasanya untuk Kota Tangerang dan Tangsel sudah tak memungkinkan dibangun rumah berkonsep sederhana untuk MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah)," ucapnya.

Karena lanjut Vidi, harga tanah di kedua lokasi itu sudah sangat mahal. Misalnya untuk wilayah Serpong di Tangsel, harga tanah sudah berkisar jutaan hingga belasan juta rupiah per meter persegi.

"Kalau harga tanah segitu, berapa kami mesti jual? Daya serap pasar rumah MBR itu berbeda dengan rumah real estate," ucapnya.

Karena itupula kata Vidi, Apersi Banten tidak terlalu mencermati regulasi rumah sederhana di Kota Tangerang dan Tangsel. "Jadi arah pembangunan kami lebih ke Kabupaten Tangerang atau daerah-daerah lain di Banten seperti Lebak dan Pandegelang," ujarnya.

Harga rumah sederhana yang dijual pengusaha yang tergabung di Apersi berkisar Rp 88 juta hingga Rp 115 juta per unit.

Ke depannya kata Vidi, perlu ditingkatkan kerjasama antara pengembang dengan pemerintah. "Karena kami masih diperlakukan sama seperti pengembang real estate dalam pengurusan izin. Padahal produk kami sasarannya berbeda. Jadi harus ada perlakuan khusus untuk pengembang rumah MBR ini," ucapnya.

Jika tidak, kata Vidi, dead lock kepemilikan rumah masih terus terjadi. Padahal kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah masih sangat tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×