kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Rumus baru akan kerek harga batubara


Jumat, 13 November 2015 / 16:43 WIB
Rumus baru akan kerek harga batubara


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Wacana revisi formula harga batubara acuan (HBA) masih bergulir. Pemerintah berencana memperbesar porsi Indonesia Coal Index (ICI) dalam formula HBA, dari 25% menjadi 50%.

Selain itu, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk menghapus porsi Platts59 sebagai salah satu penentu HBA. Informasi saja, saat ini porsi penentu HBA ada empat, yakni ICI, Platts59, New Castle Global Coal (GC) dan New Castle Export Index (NEX). Masing-masing indeks tersebut berkontribusi 25% dalam HBA.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan revisi formula HBA tersebut bisa rampung November 2015. Targetnya, aturan ini diterapkan mulai Desember 2015.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Adhi Wibowo berharap, formulasi HBA baru bisa mengerek harga batubara kalori rendah. "Harapannya tidak lebih rendah dari harga sekarang," kata Adhi di Kantor Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Kamis (12/11).

Namun, pelaku usaha tak seoptimistis pemerintah. Mereka menilai, pemberlakukan formula HBA baru tak akan serta-merta mengerek harga jual batubara lokal.

Pasalnya, harga terbentuk dari mekanisme permintaan dan penawaran. "Kondisi batubara secara global masih over supply sehingga harga akan terus tertekan," ujar Hendra Sinadia, Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) kepada KONTAN, Kamis (12/11).

Setali tuga uang, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) Ekawahyu Kasih menilai, tambah besarnya porsi ICI belum tentu mencerminkan harga batubara domestik.  Untuk itu, asosiasi menyarankan pemberlakukan dua jenis formula untuk HBA.

Pertama, kalau HBA lebih tinggi dari biaya produksi, minimal batubara plus margin, harga ditetapkan berdasarkan HBA. Kedua, jika HBA lebih rendah dari biaya produksi plus margin, harga acuan batubara yang berlaku adalah baya produksi minimal batubara plus margin.

Meski begitu, Aspebindo menyadari perlu waktu untuk menghitung biaya produksi minimal plus margin ideal. Apalagi biaya produksi setiap tambang bisa berbeda. "Saat ini revisi HBA memang menjadi solusi tercepat di tengah tren penurunan harga," tutur Ekawahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×