kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah lemahkan bisnis alat berat


Jumat, 13 Maret 2015 / 12:25 WIB
Rupiah lemahkan bisnis alat berat
ILUSTRASI. Mau Liburan? Cek Daftar Negara Bebas Visa untuk Paspor Indonesia 2023. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/wsj.


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pelemahan nilai rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) berpengaruh negatif bagi bisnis alat berat. Maklum, kebanyakan alat berat diimpor dari beberapa negara.

Saat rupiah melemah, harga alat berat impor menjadi lebih mahal. Potensi kenaikan harga ini yang memberatkan pertumbuhan penjualan alat berat tahun ini. Sebab, sebelumnya pelaku industri alat berat melihat adanya peluang kenaikan penjualan tahun ini.

Jamaluddin, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) bilang, untuk menyiasati nilai tukar rupiah, industri alat berat mematok harga jual dengan dollar AS. "Saat dirupiahkan, akan terlihat naik, inilah yang akan mempengaruhi daya beli," kata Jamaluddin ke KONTAN, Kamis (12/3).

Saat rupiah melemah ini, Jamaluddin merevisi target penjualan. Jika sebelumnya ia memproyeksikan potensi kenaikan penjualan, kini Jamaluddin memperkirakan penjualan hanya bisa sama dengan tahun lalu sekitar 5.100 unit.

Bahkan, Jamaluddin tak menampik adanya risiko penurunan penjualan alat berat tahun ini. "Ada kemungkinan turun 5%-10%, kami masih sulit proyeksikan" jelas dia.

Untuk semester I-2015 ini, permintaan alat berat tak terlalu banyak. Kenaikan permintaan alat berat baru terjadi di semester II. Sebab, proyek infrastruktur banyak terealisasi di paruh kedua tahun ini.

Selain dari pelemahan rupiah, bisnis alat berat mendapat tantangan dari pelemahan harga komoditas. Jamaluddin bilang, jika harga komoditas tambang lesu, maka permintaan alat berat dari pertambangan ikutan lesu.

Tapi tak semua industri alat berat pesimistis dengan penjualan tahun ini. PT Gaya Makmur Tractors (GM Tractors) masih optimistis dengan target penjualan 500 unit-700 unit tahun ini. "Meski rupiah melemah, tetapi aktivitas pemakaian alat berat masih tinggi," kata Fahrudin, Marketing Communication Manager GM Tractors.

Namun begitu, Fahrudin bilang, pelemahan rupiah membuat harga alat berat semakin mahal. Untuk menyiasatinya, GM Tractors mematok harga sesuai kurs saat pembelian. "Jika saat ini rupiah Rp 13.200 per dolar AS, kami bisa jual alat berat dengan kurs Rp 11.200-Rp 11.5000 per dolar AS, atau sesuai nilai saat pembelian," katanya.  Tapi, cara ini digunakan hanya untuk produk yang sudah disetok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×