kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Rupiah Loyo, Industri Kapal Atur Strategi


Jumat, 30 Agustus 2013 / 07:20 WIB
Rupiah Loyo, Industri Kapal Atur Strategi
ILUSTRASI. Cara Klaim Kode Redeem FF Terbaru April 2022, Link Resmi reward.ff.garena.com


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah membuat pelaku industri galangan kapal domestik memutar otak. Maklum, sebagian besar komponen yang dipakai dalam industri ini masih diimpor.

Tjahjono Roesdianto, Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) menuturkan, sekitar 70% komponen kapal masih harus diimpor. "Dengan pelemahan nilai tukar, beban produksi pasti meningkat," katanya, Kamis (29/8).

Untuk menyiasati pelemahan nilai tukar ini, pelaku industri mengubah strategi sistem penjualan atau jasa. Semula, pelaku industri menjual kapal dengan kurs rupiah. Namun kini para pengusaha mulai menjual kapal dalam mata uang dollar AS.

Dengan upaya ini, Tjahjono bilang, pengusaha bisa menyeimbangkan beban penjualan dengan pendapatan yang diterima. Strategi ini diharapkan bisa menjaga arus kas perusahaan galangan kapal, sehingga industri tetap bisa menjalankan roda bisnis, khususnya jasa reparasi kapal.

Sekedar informasi, nilai impor komponen kapal yang dilakukan pelaku industri perkapalan mencapai kisaran US$ 50 juta hingga 60 juta per tahun. Sebagian besar komponen yang diimpor berupa mesin, alat komunikasi dan radar. "Yang sudah ada di dalam negeri antara lain plat baja dan rantai," kata Tjahjono.

Direktur Utama PT Dumas Tanjung Perak Shipyard, Yance Gunawan bilang, minimnya pasokan komponen lokal ini antara lain dipicu oleh hambatan sertifikasi. Masih sedikit komponen lokal yang sudah memiliki sertifikasi sesuai aturan global.

Padahal, untuk industri perkapalan, sertifikasi amatlah penting karena berkaitan dengan aspek keselamatan. "Banyak yang tidak memiliki sertifikasi," tandas Yance.

Menurut Tjahjono, hingga Agustus 2013, industri galangan kapal domestik sudah mengerjakan sekitar 50 unit kapal pesanan. Dari jumlah tersebut, mayoritas adalah kapal di bawah 10.000 dead weight ton (DWT). Sebagian besar adalah kapal pesanan pemerintah, BUMN, dan militer.

Kini di dalam negeri ada sekitar 250 perusahaan galangan kapal yang tersebar di beberapa wilayah. Rata-rata setiap galangan butuh waktu 12 bulan hingga 15 bulan untuk mengerjakan satu unit kapal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×