kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saat gerai alas kaki terinjak bisnis penjualan online


Sabtu, 03 Februari 2018 / 11:01 WIB
Saat gerai alas kaki terinjak bisnis penjualan online


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gerai-gerai penjualan alas kaki impor bermerek mulai bertumbangan. Di awal tahun ini, produsen sepatu asal Inggris, Clarks mengumumkan akan menutup seluruh gerai yang ada di Indonesia pada Februari ini.

Tidak hanya itu, PT Mahkota Petriedo Indoperkasa, selaku distributor alas kaki Kickers di Indonesia juga akan menutup satu gerai yang berlokasi di Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. Penutupan satu dari empat gerai Kickers milik Mahkota Petriedo Indoperkasa itu demi efisiensi.

Eddy Widjanarko, Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengatakan, saat ini industri sepatu memang sedang mengalami stagnasi. Penutupan gerai Clarks menjadi salah satu patokan, bagaimana industri sepatu domestik masih kurang bergairah.

Ada tiga hal yang membuat Clarks menutup gerai di Indonesia. Pertama, harga sewa mall yang relatif tinggi. Kedua, bea masuk yang tinggi dan tarif berubah-ubah.

Ketiga, perdagangan online yang berkembang pesat. "Lewat online, orang bisa beli dari belahan dunia manapun dan sampai ke rumah dengan free. Itu mengancam (peritel), orang beli sepatu tak kena bea masuk," ujarnya ke KONTAN, Jumat (2/2). Dengan kondisi seperti itu, Eddy memprediksi tahun ini dan tahun depan, industri sepatu dalam negeri masih akan mengalami stagnasi.

Senada Liong Pangkiey, Marketing Manager PT Ardiles Ciptawijaya memaparkan, industri masih dihadapkan oleh persoalan administratif penjualan. Seperti pencetakan faktur pajak, bea masuk, impor bahan baku dan lainnya. "Perlu pajak final yang tak merepotkan secara administratif. Jual sepatu tidak seperti jual mobil. Kami ada retur," terang Liong.

Perubahan teknologi, memaksa produsen melakukan adaptasi. "Perlu adaptasi, harus betul-betul mengerti kondisi dan menangkap peluang. Di krisis1998, kami malah panen, itu bukti kita beradaptasi," ujar Budiharta Hanse, Senior Commerce Manager PT Sepatu Bata Tbk (BATA).

Hanya Bata tidak akan mengeluh terhadap keadaan. Kondisi ini seharusnya memicu inovatif dan kreatif dalam menggarap pasar yang ada saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×