Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JEMBER. Kunci utama kedaulatan di bidang pertanian adalah kesejahteraan petani. Para petani perlu mendapatkan pemberdayaan, sehingga mampu meningkatkan produktivitas pertaniannya. Pemberdayaan dapat berupa pengembangan sumber daya manusia, jaringan kemitraan bisnis, dan peningkatan daya saing.
Karena itu, PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) terus berupaya menjaga kesejahteraan taraf hidup para petani tembakau sebagai mitra usahanya. Salah satunya dengan menjalankan program kemitraan dengan petani tembakau yang dilakukan melalui pemasok daun tembakau Sampoerna.
Program kemitraan atau program Integrated Production System (IPS–Sistem Produksi Terintegrasi) telah dijalankan sejak tahun 2009 di beberapa sentra penanaman tembakau, termasuk di Jember, Jawa Timur
IPS dijalankan melalui kontrak kerja sama dimana para petani mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan akses pasar yang sangat diperlukan oleh petani.
Para petani juga mendapatkan informasi dan bimbingan mengenai Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices–GAP) untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, produktivitas, serta penghasilan yang diterima dari panen tembakau. Dengan begitu, kesejahteraan para petani juga akan membaik.
Saat ini, sekitar 27.000 petani telah bergabung dalam sistem IPS untuk menggarap lahan tembakau seluas 22.700 hektare.
“Kami berharap, program IPS dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para petani tembakau di Indonesia. IPS didasari oleh prinsip saling menguntungkan. Melalui program ini, Sampoerna sebagai perusahaan bisa mendapatkan jaminan pasokan tembakau yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diinginkan,” ujar Elvira Lianita, Head of Regulatory Affairs, International Trade and Communications Sampoerna dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Senin (1/8).
Menurut Elvira, para petani juga memperoleh jaminan bahwa tembakau yang mereka tanam akan diserap seluruhnya dan dibayarkan dengan harga yang disepakati.
"Kami berharap program ini dapat didukung oleh kementerian terkait agar kesejahteraan petani tembakau terus meningkat dan pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan pasokan tembakau dalam negeri untuk keperluan industri," imbuh dia.
Impor tembakau
IPS dapat menjadi salah satu solusi bagi tantangan kekurangan pasokan tembakau di Indonesia, negara penghasil tembakau terbesar kelima di dunia. Pada tahun 2014, total hasil panen tembakau mencapai sekitar 163.187 ton[1], sedangkan rata-rata permintaan industri setiap tahun mencapai sekitar 300.000 ton.
Akibatnya, Indonesia, yang juga negara produsen rokok kretek terbesar di dunia, terpaksa mengimpor tembakau dari luar negeri.
Kekurangan pasokan tembakau dilatarbelakangi oleh beberapa faktor antara lain: keterbatasan modal, teknik pertanian tradisional yang tidak efisien, kurangnya dukungan teknis dan infrastruktur pertanian, serta minimnya akses pasar secara langsung oleh petani yang mengurangi keuntungan yang diterima petani.
Muhammad Dahlal, salah seorang peserta program IPS mengaku merasakan manfaat langsung dari program IPS.
Sejak bergabung dalam program IPS, kata Dahlal, ia mendapatkan banyak informasi dan bantuan. Sehingga, kualitas dan jumlah hasil panen tembakau semakin meningkat.
Ketika Gunung Raung erupsi tahun lalu, sambung dia, pihak Sampoerna memiliki komitmen untuk tetap membeli tembakau dari petani yang bermitra.
"Saya bersyukur dapat berpartisipasi dalam program ini. Pemasukan yang saya terima dari hasil panen dapat digunakan untuk memberikan penghidupan yang lebih baik bagi keluarga saya,” ujar Dahlal.
Selain di Jember, program IPS juga diterapkan di beberapa daerah penghasil tembakau lainnya seperti Lombok, Wonogiri, Malang, Rembang, Blitar, dan Lumajang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News