Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tak gentar dengan sejumlah risiko yang dihadapi pasar ekspor seiring fokus penjualan yang mengarah pada produk midstream kelolaan anak usaha.
Pada semester I-2025, SSMS berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan 39,8% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 7,2 triliun. Corporate Secretary SSMS Deni Agustinus menyebut, pencapaian itu ditopang oleh kenaikan produksi inti sebesar 5,3% yoy, yang mendorong volume penjualan.
Rinciannya, produksi tandan buah segar (TBS) inti dan plasma mencapai 813.000 metrik ton, dan produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) 264.433 MT.
Baca Juga: Kinerja Sawit Sumbermas (SSMS) Tumbuh di Tengah Tren Kenaikan Harga CPO
Selain itu, kenaikan harga produk turunan sawit turut memperkuat kinerja. Sepanjang paruh awal tahun, harga olein naik 30% yoy dan stearin meningkat 25% yoy. Deni menyebut, kombinasi kenaikan volume produksi dan harga komoditas yang lebih tinggi memberi dorongan signifikan pada margin dan profitabilitas perseroan.
Pun, SSMS optimistis momentum tersebut masih bisa dipertahankan hingga paruh kedua 2025 dengan memanfaatkan efisiensi operasional serta sinergi dalam rantai nilai grup.
Menjelang penutupan kuartal III-2025, Deni bilang laporan kinerja masih dalam tahap finalisasi dan belum dapat dibuka. Namun, ia memastikan operasional pabrik TBS dan CPO tetap berada dalam jalur target tahunan.
“Operasional pabrik berjalan stabil dan efisien, didukung oleh pasokan bahan baku yang memadai serta kondisi eksternal yang kondusif,” ujar Deni kepada Kontan, Rabu (24/9/2025).
Saat ini, struktur penjualan CPO SSMS terfokus pada pengelolaan produk midstream melalui PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) sebagai entitas anak perseroan.
Menurut Deni, langkah tersebut terbukti memberi stabilitas dan daya saing lebih kuat dibanding sekadar mengandalkan penjualan ke pasar ekspor tradisional.
“Meski sebagian kecil penjualan tetap dilakukan ke pembeli lokal maupun internasional, struktur penjualan ke CBUT memberi kepastian serapan dan mendukung profitabilitas. Kami terus memantau dinamika global. Jika ada perubahan signifikan, SSMS siap beradaptasi,” ujar Deni.
Tak hanya itu, SSMS juga menjajaki peluang ke pasar alternatif lain untuk memperluas jangkauan ekspor. Diversifikasi ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perseroan menghadapi ketidakpastian pasar.
Untuk tahun ini, SSMS menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 510 miliar. Dana tersebut diarahkan utamanya untuk kebutuhan belanja fisik dan konstruksi yang menunjang operasional pabrik dan infrastruktur pendukung. Menurut catatan Kontan, pada kuartal I-2025 realisasi capex SSMS sudah mencapai 30%–35%.
Dalam melihat paruh kedua 2025, Deni menilai kebijakan pemerintah terkait mandatori biodiesel B50 menjadi katalis positif yang bisa meningkatkan permintaan domestik CPO, sekaligus berpotensi mengerek harga global.
“Meski dampaknya tidak langsung, SSMS optimistis kebijakan ini akan menopang kinerja industri sawit secara keseluruhan,” katanya.
Namun demikian, perusahaan tetap mewaspadai sejumlah risiko, mulai dari dinamika perdagangan internasional hingga faktor cuaca yang dapat memengaruhi produktivitas.
“Strategi integrasi hulu-hilir tetap menjadi kunci SSMS untuk menjaga daya saing dan profitabilitas ke depan,” pungkas Deni.
Baca Juga: Kinerja SSMS Semester I 2025 Tumbuh Double Digit, Simak Rekomendasi Analis
Selanjutnya: RMA Solusi Indonesia Tampilkan Teknologi HR dan Digitalisasi di Indonesia Expo 4.0
Menarik Dibaca: Pelanggan Telkomsel Bisa Semakin Mudah Beli Asuransi Igloo di MyTelkomsel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News