Reporter: Petrus Dabu | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kontraktor minyak dan gas PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memperpanjang waktu penghentian operasi untuk perbaikan fasilitas operasinya di Laut Jawa. Tadinya, perbaikan fasilitas operasi tersebut akan dilakukan di minggu kedua dan ketiga Oktober ini saja. Namun, kegiatan tersebut baru akan mulai minggu depan hingga Januari 2012.
Penghentian operasi tersebut, walaupun bersifat partial plan shutdown, akan mengakibatkan produksi gas ONWJ menyusut. Pasokan gas dari ONWJ akan berkurang sebanyak 30-40 british thermal unit per hari (bbtud).
Namun, Pertamina mengatakan pengurangan produksi ini tidak akan mengakibatkan pasokan gas bagi kedua pelanggannya, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pupuk Kujang.
"Plant shutdown itu sudah direncanakan, persiapan seminggu lagi, berarti mulai minggu depan," ujar General Manager PHE ONWJ, Ignatius Tenny Wibowo kepada wartawan Jumat, akhir pekan lalu.
Tenny menegaskan, PHE ONWJ sudah menyampaikan rencana penghentian operasi sementara itu sejak jauh-jauh hari, baik ke pelanggan maupun ke BP Migas.
Ia menerangkan, PLN mendapatkan pasokan gas dari ONWJ sebesar 100 bbtud. Sedangkan Pupuk Kujang memperoleh 60 bbtud. Pengurangan sejumlah 30-40 bbtud selama masa penghentian operasi ini tidak akan berdampak buruk pada keduanya sebab pasokan yang ada masih cukup.
Total produksi gas ONWJ dalam kondisi normal mencapai 194 bbtu hingga 200 bbtud. Produksi ini digunakan untuk memasok PLN, Pupuk Kujang, dan keperluan PHE ONWJ sendiri. Artinya, jika dikurangi 40 bbtud masih sebesar 154-160 bbtud.
Tenny juga memastikan penghentian sementara tidak mempengaruhi target produksi minyak dan gas tahun ini. "Partial plant shutdown sudah diperhitungkan sebagai bagian dari rencana 2011," ujar Tenny.
Namun, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyatakan belum mengetahui soal perpanjangan waktu penghentian sementara operasional ONWJ itu.
Sepengetahuan PLN, pemberhentian dilakukan dalam beberapa hari. "Aduh, lama banget, masa sih (sampai Januari). Nanti saya cek dulu. Biasanya nggak selama itu," ujar Nur Pamudji, Direktur Energi Primer kepada KONTAN, Minggu (23/10).
Penghentian sementara, kata Nur, memang rutin dilakukan PHE ONWJ. Namun biasanya hanya berlangsung beberapa hari saja.
Nur mengatakan, sejauh ini PLN belum punya alternatif pasokan gas apabila sebagian sumur gas di PHE ONWJ itu tak beroperasi. Pengurangan produksi bisa jadi akan mengakibatkan terganggunya jatah pasokan gas ke PLTU Muara Karang dan PLTU Tanjung Priok. Jika itu terjadi, PLN mau tidak mau akan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yaitu solar.
Masalahnya, pengalihan dari gas ke BBM akan memunculkan biaya tambahan. Nur menghitung, biaya operasional pembangkit pasti membengkak. "Setiap kehilangan 1 bbtud gas,akan ada tambahan biaya sebesar US$ 20.000 per hari. Jadi, bila kehilangan 40 bbtud, maka ada tambahan biaya sebesar US$ 800.000 per hari," ungkapnya.
Angka itu dengan hitungan 1 bbtud setara dengan 27.000 liter solar. Kemudian, selisih harga 1 bbtud gas dengan 1 bbtud solar sama dengan US$ 20.000.
Sekedar mengingatkan, ONWJ menghentikan sementara operasional sumur gasnya karena akan melakukan rekonfigurasi kompresor agar produksi gas meningkat.
Saat ini, produksi gas PHE ONWJ mencapai 194 bbtud atau melebihi target perusahaan sebesar 190 bbtud tahun ini. Sedang produksi minyaknya 31.800 barel per hari. Angka ini juga sudah melampai target tahun ini yaitu 31.000 barel per hari.
Untuk tahun depan, ONWJ menargetkan produksi minyak mencapai 35.000 barel per hari sedangkan gas sebesar 225 bbtud. Penambahan itu berasal dari tambahan 25 sumur baru. Saat ini, ONWJ memiliki sekitar 400-500 sumur. Untuk mencapai target, PHE ONWJ juga telah menyiapkan US$ 300 juta sebagai belanja modal tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News