kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sektor bank, transportasi sasaran serangan siber


Selasa, 21 November 2017 / 15:48 WIB
Sektor bank, transportasi sasaran serangan siber


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan, transportasi, dan energi di Indonesia adalah sasaran utama kejahatan siber internasional. Hal ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

Ia memaparkan, bagi industri perbankan, serangan siber adalah yang paling sensitif. "Kalau ada rumor, bisa collapse dan ditinggalkan nasabah. Kami tidak ingin juga serangan siber ini jadi cara untuk bersaing dengan tidak sehat," ucapnya di Seminar Cybersecurity di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Selasa (21/11).

Kedua, sektor transportasi khususnya udara. Ia mencontohkan yang terjadi di beberapa negara di Eropa yang sempat kena sistem reservasinya. "Akhirnya orang boarding pass-nya harus manual. Ini menghambat," ucapnya.

Ketiga, yang juga penting adalah sektor energi khususnya kelistrikan. Ia menyebutkan, contohnya adalah di pusat pengatur listrik. "Listrik di Jawa bali hanya satu pusatnya, di Gandul, Depok. Bayangkan kalau ini ada yang hack bisa blackout di beberapa daerah walaupun di sana dijaga secara fisik, tetapi secara siber harus ada standarisasi yang baik," jelasnya.

Sementara itu, menurut laporan McKinsey beberapa waktu lalu, sektor yang juga rentan dengan serangan siber adalah telekomunikasi. Incaran peretas di industri telekomunikasi adalah basis data pelanggan.

Partner McKinsey Cybersecurity Practice in North America, McKinsey & Company, Venky Anant mengatakan, transfomasi digital untuk membangun sistem yang aman harus menjadi prioritas negara. Sebab, ke depannya bukan hal yang tidak mungkin jika sebuah negara meretas negara lain untuk mengetahui data-data rahasia.

"Ini disebut active defense. Jadi sebelum diserang, badan keaman melakukan pergerakan sebagai ancaman ke musuh. Jika mereka menyerang, [negara] dapat menyerang balik 10 kali lebih hebat," katanya.

Merespon ini, Rudiantara mengatakan, Indonesia akan membangun infrastruktur TI yang memadai. Hal ini juga agar menghindari serangan siber. Bukan malah karena ada serangan siber, negara menjadi takut membangun.

"Pemerintah tidak akan berhenti bangun infrastruktur TI walaupun isu serangan siber ada. Ini tidak boleh berhenti," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×