Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Volume ekspor komoditas tanaman hias alias florikultura pada semester pertama tahun ini turun 39,64% dibandingkan dengan tahun lalu periode yang sama. Di paruh pertama tahun ini, volume ekspor florikultura hanya 4.677 ton. Padahal pada periode Januari hingga Juni tahun lalu, volume ekspor tersebut mencapai 7.749 ton.
Penurunan volume ekspor diikuti dengan penurunan nilai ekspor tanaman florikultura. Hingga Juni 2013, nilai ekspor produk florikultura mencapai US$ 9,17 juta. Sementara tahun lalu pada periode yang sama, ekspor aneka daun dan bunga potong senilai US$ 13,67 juta.
"Di semester kedua tahun ini, ekspor akan membaik karena momen Natal dan tahun baru," kata Ani Andayani, Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian kepada KONTAN, Senin (21/10).
Penurunan volume ekspor, kata, Ani lantaran harga tanaman hias di dalam negeri cukup bagus dan lebih menguntungkan ketimbang menjual tanaman hias ke luar negeri. Misalnya, di dalam negeri, satu tangkai mawar dibanderol harga Rp 3.500. Padahal harga ekspornya hanya satu tangkai hanya Rp 1.000.
Belum lagi, eksportir juga dipusingkan oleh dengan sistem di Bea Cukai yang mewajibkan para eksportir memiliki API (Angka Pengenal Impor) dan NIK (Nomor Induk Kepabeanan). "Ada kemungkinan beberapa eksportir masih mengurus persyaratan tersebut dan belum selesai di semester pertama tahun ini," kata Ani.
Rosana Harahap, Sekretaris Jenderal Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) mengatakan selain harga dan ribetnya bea cukai, faktor lain yang mempengaruhi penurunan volume ekspor tanaman hias adalah penurunan produksi. Namun ia tidak bisa secara spesifik menyebutkan berapa besar produksi tanaman hias di tahun ini.
Yang pasti, untuk meningkatkan nilai ekspor florikultura, pemerintah akan menggenjot beberapa komoditas tanaman hias yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Misalnya jenis daun-daunan (foliage) seperti leatherleaf. "Foliage bernilai jual lebih tinggi," kata Ani. Di Jepang, per 10 tangkai foliage dibanderol ¥ 2.800 sementara harga mawar hanya ¥ 450 per 10 tangkai.
Pada 2012, nilai ekspor florikultura mencapai US$ 29,7 juta atau naik 18,8% dibandingkan tahun 2011, yakni US$ 25 juta. Tahun ini pemerintah mengincar peningkatan nilai ekspor naik 15% dari tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News