kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Siap Tingkatkan Investasi, MedcoEnergi Fokus Geber Produksi Migas di Asia Tenggara


Kamis, 09 Februari 2023 / 21:33 WIB
Siap Tingkatkan Investasi, MedcoEnergi Fokus Geber Produksi Migas di Asia Tenggara
Direktur Utama Medco E&P Indonesia Ronald Gunawan sedang melakukan paparan soal bisnis Medco


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk melalui anak usahanya PT Medco E&P Indonesia terus fokus untuk menggeber produksi minyak dan gas bumi di kawasan Asia Tenggara.

Perusahaan akan meningkatkan produksi migas dan juga meningkatkan belanja modal untuk meningkatkan produksi tahun 2023. Sebagai gambaran saja, produksi migas hingga kuartal III-2022 mencapai 162 mboepd. Sementara itu, untuk belanja modal tahun 2022 sebesar US$ 250 juta.

Direktur Utama PT Medco E & P Indonesia (Medco E&P) Ronald Gunawan menerangkan saat ini Medco Energi saat ini memiliki 13 kontrak bagi hasil atau Production Sharing Contract (PSC) dengan produksi 80% gas dan 20% minyak bumi di Indonesia. "Ini good combination. Karena kan untuk transisi energi," ujarnya, dalam diskusi dengan media, Kamis (9/2).

Ia menjelaskan bahwa saat ini pihaknya masih fokus untuk mengarap bisnis migas di Asia Tenggara dengan lapangan di Thailand dan Vietnam. Meskipun memang perusahaan sudah memiliki aset di timur tengah seperti di Oman yang sudah dimiliki sejak tahun 2006 dengan produksi 13.000 bph.

Kemudian juga Medco memiliki discovery di Tanzania. Perusahaan joint venture dengan Shell dan Norwegia Company dan Singapura. Kemudian juga ada di Meksiko. "Tetapi memang kami fokus menggarap migas di Asia Tenggara," kata dia.

Ia mengatakan, produksi mingas perusahaan terus bertambah tatkala ada aksi akuisisi aset-aset migas milik perusahaan asing, pertama pada tahun 2015 itu produksi Medco hanya 56.000 boepd, kemudian pada 2016 mengakuisisi Natuna meningkat menjadi 87.000 boepd, lalu pada 2019 lalu mengakuisisi Ophir meningkat menjadi 103.000 boepd, dan pada 2022 akuisisi Blok Corridor meningkat menjadi 162.000 boepd.

Ronald mengungkapkan bahwa pertumbuhan Medco tidak sepenuhnya terjadi karena adanya proses akuisisi, tetapi juga dari pengembangan yang dilakukan setelah akuisisi. Misalnya, ketika Medco mengakuisisi aset Natuna pada 2016 operator sebelumnya mengatakan bahwa lifetime lapangan tersebut hanya pada 2023.

"Kami kulik-kulik, ini aset yang tidak punya reservoar gede.  Bagaimana kita harus optimalkan dan akses. Supaya kita continue development," imbuh Ronald.

Ia menjelaskan, bahwa perusahaan juga terus melakukan eksplorasi di daerah Natuna dengan mengebor empat sumur dan ditemukan cadangan. "Itu sebenarnya game changer itu bisa operatorkan tahun 2028. Saya yakin di Natuna masih ada gas dan minyak sampai lebih dari 2028," ungkap Ronald.

Natuna saat ini mampu memproduksi minyak 17.000 bph. Kemudian kata Ronald mengatakan untuk Blok Corridor pihaknya mengambil sedikit risiko untuk mengembangkannya. "Dengan tambahan aset dan produksi otomoatis pekerja bertambah. Kami sudah ada pekerja 4.700 orang," kata dia.

Ia mengatakan, bahwa dengan melakukan akuisisi ini otomatis menambah jumlah pekerja Indonesia.

Ronald bilang, pada tahun ini pihaknya akan melakukan investasi banyak di Natuna karena jika tidak maka tidak produksi di sana akan turun dan mati. Untuk itu, pihaknya akan developt gas di Belida.

"Kami melihat operator lama tidak menyentuh Muda Formation, itu selow gas. Kita lihat drill di sana dan sekarang produksi. Di sanalah saya pikir yang kita lakukan berbeda. Belida itu mainnya oil dan sekarang minyak dan gas," ungkap Ronald.

Kemudian juga di Lapangan Hiu dan lakukan development sehingga bisa mendapatkan gas di sana. Lalu, kata Ronald, di Rimau ada telisa oil. "Jika pakai produksi pakai vertikal well produksinya rendah. Jai kami drill horizontal well sekitar 1.500 feet, sudah sama dilakukan di Amerika. Kita baru pertama ini. Ini sudah sukses dan produksi," ungkap Ronald.

Sementara itu, MedcoEnergi juga memiliki lini bisnis power. Untuk bidang power juga yang sedsang tumbuh dimana Medco Power yang memiliki PLTS di Sumbawa berkapasitas 26 MW dan di Bali 2x25 MW.  "Ini sizenya cukup besar," terang dia.

Ronald mengungkapkan pihaknya akan melakukan developmemnt geothermal Ijen dengan kapasitas 34 MW. Kemudian Sumbawa Regasification Terminal Gas. Nanti gas akan dari Senoro yang akan digunakan untuk pembangkit gas di smelter Amman Mineral. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×