Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data peningkatan nilai impor migas pada Oktober 2018 sebesar 27% dari US$ 2,29 miliar menjadi US$ 2,91 miliar. Pendorong keniakan impor migas adalah peningkatan impor minyak mentah, hasil minyak, dan gas.
Impor minyak mentah dan gas terus naik dinilai wajar karena Indonesia saat ini hanya bergantung dari lapangan migas uzur. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), Amien Sunaryadi menyebut mayoritas lapangan migas Indonesia memang lapangan tua. Dari seluruh lapangan migas produksi, sebesar 47% sudah berumur 15-30 tahun.
Ada juga sekitar 27% yang sudah memasuki usia 30-50 tahun dan di atas 50 tahun sebesar 5%. Sedangkan lapangan migas yang usianya dibawah 15 tahun hanya sekitar 21%. Ini berarti 74% dari seluruh blok migas produksi telah berumur lebih dari 30 tahun.
Seperti layaknya siklus kehidupan manusia, lapangan migas yang sudah tua pun merupakan lapangan migas yang sudah melewati masa puncak produksi. Bahkan Amien bilang 77% dari seluruh blok migas produksi sudah mengalami penurunan produksi.
Dengan kondisi lapangan migas berusia tua, Amien bilang masih bisa berharap pada penemuan cadangan migas baru dengan kapasitas besar. Jika tidak, maka jangan heran jika tiap tahun angka impor minyak mentah akan terus meningkat.
SKK Migas sudah memproyeksi pada tahun depan produksi migas Indonesia hanya sebesar 1,963 juta BOEPD. Angka produksi migas akan terus menurun hingga pada tahun 2038 produksi migas Indonesia hanya sebesar 939.000 BOEPD dengan produksi minyak mentah hanya sekitar 500.000 BOPD.
Penurunan produksi ini terjadi karena minimnya kegiatan eksplorasi di Indonesia. Makanya dia berharap ada penemuan cadangan migas lima kalinya Lapangan Banyu Urip yang produksinya sekarang bisa capai 200.000 BOPD.
"Jadi sekarang produksi 775.000 BOPD, konsumsi BBM itu secara keseluruhan 1,6 juta barel. Kan mikirnya begini, ya sudah tambahan produksi minyak 1 juta barel, kalau tambahannya saja 1 juta barel kan lima kali Banyu Urip. kalau kita dapat tambahan 5 kali banyu urip wah aku tidur tenang,"ungkap Amien kepada Kontan.co.id, Kamis (15/11).
Makanya Amien bilang satu-satunya jalan untuk meningkatkan cadangan migas adalah dengan menemukan cadangan baru yang cukup besar lewat ekplorasi. "Makanya begini, tidak usah diskusi lagi, ekplorasi. Untuk ekplorasi butuh dua hal, ada data subsurface, kami bikin. Ada anggaran, ada duitnya, sudah ada duitnya. Jadi tahun depan baru ekplorasi betulan,"ujar Amien.
Amien menyebut pada tahun depan sudah ada US$ 2 miliar atau setara Rp 30 triliun untuk eksplorasi. Dana tersebut diambil dari komitmen kerja pasti (KKP). "Rp 30 triliun loh, mana ada selama ini duit ekplorasi Rp 30 triliun,"ujar Amien.
Diharapkan dengan dana tersebut, Indonesia bisa segera mendapatkan cadangan migas baru pada tahun 2022. "Kalau mulai ekplorasi tahun depan 2019 ditemukan itu 2022. Kalau 2022 ditemukan, kalau push, bangun cepat, 2026 produksi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News