Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mijahid Widian S, Departemen Kajian Strategis Nasional DPP Serikat Petani Indonesia (SPI), mengungkapkan bahwa saat ini efek dari food estate belum dapat dirasakan signifikasinya terhadap pemenuhan kebutuhan pangan.
Mijahid menjelaskan, di beberapa wilayah yang sudah memulai food estate seperti Sumatra Utara. Seluruh pengelolanya memulai dari 0 dan banyak petaninya yang belum familiar dengan dengan tanaman/ komoditas yang diinstruksikan oleh pemerintah.
Tujuan food estate dalam memenuhi kebutuhan tanam dirasa masih jauh dari ekspektasi. Sebagai aktor utama, petani tentu saja berperan penting dalam program ini. Namun karena adanya kendala terhadap pengelolaan, untuk menjangkau pemenuhan kebutuhan pangan hal ini dirasa masih jauh dari target yang harus dipenuhi.
Baca Juga: Petani Milenial Dituntut Mampu Mengolah Turunan Produksi Pertanian
“Kami melihat pada Masa Tanam (MT) pertama di Sumatra Utara food estate ini belum dapat memenuhi ekspektasi panen jadi signifikansinya dalam pemenuhan pangan sebagaimana yang ditargetkan belum sesuai dan tidak terbukti”, pungkas Mujahid .
Terkait dengan efek food estate terhadap ketahanan pangan Mijahid menambahkan bahwa tentu saja food estate ini bisa memenuhi kebutuhan pangan ke depanya. Namun dia menegaskan hal yang perlu disoroti adalah keberpihakan food estate yang mengarah terhadap siapa?, ungkap Mujahid pada Kontan, Minggu (6/3).
SPI menganggap saat ini food estate belum menjadikan petani sebagai pemeran utama dalam program ini. Sehingga program food estate yang di programkan oleh pemerintah belum bekerja secara maksimal.
Mijahid menyebut saat ini koorperasi yang lebih mendominasi dalam progam food estate, mulai dari penyediaan bibit sampai dengan pengolahan tanah. Sangat disayangkan petani belum memiliki ruang yang besar untuk berperan dalam program tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News