Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Cipta Wahyana
JAKARTA. Tahun lalu, PT Sri Rejeki Isman tbk (Sritex) mencatatkan penjualan total US$ 589.09 juta atau tumbuh 30% dibandingkan dengan tahun 2013 yang tecatat US$ 450,68 juta. Sayangnya, pertumbuhan penjualan ekspor hanya 2,03%. Tahun ini, Sritex mematok ekspornya bisa tumbuh 10%.
Di 2014 lalu, Sritex mencatatkan penjualan ekspor sebesar US$ 302,26 juta. Jika dibandingkan dengan 2013, pertumbuhan ekspor sangat tipis. Pada 2013, ekspor Sritex senilai US$ 296.22 juta.
Meski ada peningkatan secara total, ekspor Sritex ke beberapa wilayah merosot pada 2014 lalu. Misalnya ekspor ke Amerika Serikat dan Amerika Latin. Pada 2013 penjualan ke wilayah ini tecatat US$ 44,15 juta. Sayangnya, pada 2014, angkanya turun 34% menjadi US$ 29.18 juta.
Kemudian, ekspor ke Uni Emirat Arab dan Afrika juga turun. Penurunan terbilang kecil yakni 1,24%. Pada 2013 lalu, penjualan ke Arab dan Afrika tercatat US$ 17,62 juta dan 2014 lalu hanya US$ 17,39 juta.
"Penurunan itu terjadi karena ada pengalihan ekspor ke negara yang lain seperti ke Asia ataupun Eropa," terang Welly Salam, Sekretaris Perusahaan Sritex pada KONTAN, Kamis (26/3).
Sepanjang 2014 lalu, produk benang masih mendominasi pasar ekspor. Benang menyumbang 42,54% penjualan di pasar luar negeri, dengan angka penjualan Rp 128,57 juta.
Meskipun benang yang menyumbangkan penjualan terbesar di pasar ekspor, pertumbuhan penjualan pakaian jadi pada 2014 lalu paling besar. Pada 2014 lalu, penjualan pakaian jadi tercatat US$ 65,03 juta atau tumbuh 37,19% dari 2013 yang tercatat US$ 47,39 juta.
"DI 2015 ini, kami menargetkan penjualan ekspor bisa tumbuh 10% dibanding tahun lalu. Benang masih akan menjadi produk yang paling besar di pasar ekspor," kata Welly.
Itu artinya, pada 2015 ini Sritex berharap penjualan di pasar ekspor bisa mencapai US$ 332.47 juta. "Potensinya akan berasal dari negara Amerika dan Asia," kata Welly.
Sepanjang 2015 ini, Sritex sudah mengantongi pesanan seragam dari Jerman, Malaysia, dan Sudan. "Untuk Jerman dan Malaysia nilainya meningkat 15% dibanding tahun lalu," jelas Welly.
Sebagai catatan, pada 2014 lalu jumlah pesanan untuk ke dua negara tersebut adalah sebanyak 2,1 juta potong.
Bukan hanya seragam yang sudah dipesan, Welly bilang, beberapa perusahaan fashion dari Amerika dan Eropa juga sudah mengkonfirmasi pemesannya. "Pokoknya saat ini kami sudah terima banyak order. Hingga Mei 2015 kapasitas sudah penuh. Hingga saat ini, pemesanan sudah sekitar 43% dari total.
Sebagai catatan, saat ini kapasitas untuk finishing tercatat 120 juta yard setahun. Kemudian, weaving sekitar 120 juta meter per tahun. Kapasitas garmen tercatat 14 juta potong per tahun dan kapasitas spinning 566.000 bales per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News