Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) berencana menambah kapasitas pabrik. Proses pembangunan pabrik yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah ini dimulai sejak Jumat (13/2) pekan lalu.
Manajemen Sritex berhasrat bisa menambah kapasitas pabrik ini untuk memenuhi permintaan pasar tekstil dari mancanegara. "Saat ini waktu yang tepat bagi kami untuk melakukan ekspansi. Sebab biaya produksi garmen di China saat ini naik dan banyak pembeli yang beralih ke Indonesia. ," kata Iwan Setiawan Lukminto Presiden Direktur Sritex dalam pernyataan tertulis yang diterima KONTAN akhir pekan lalu (13/2).
Dari pabrik baru ini, Sritex berharap bisa meningkatkan kapasitas penenunan 50%, dari saat ini 120 juta meter per tahun, menjadi 180 meter per tahun. Tak hanya kapasitas tenun, penambahan pabrik bisa menggenjot produksi garmen naik 120% dari 14 juta potong per tahun, menjadi 30,8 juta potong per tahun.
Begitu pula dengan proses pemintalan benang, yang diharapkan naik 16%. Tahun ini, pemintalan benang baru mencapai 566.000 bal per tahun. Dengan adanya pabrik baru pemintalan benang diproyeksikan akan naik menjadi 656.560 bal per tahun.
Meski begitu, Sritek mengaku belum bisa menikmati hasil penambahan kapasitas pabrik pada tahun ini. "Penambahan kapasitas efektif tahun depan," kata Welly Salam, Sekretaris Perusahaan Sritex kepada KONTAN, Sabtu (14/2).
Proyek pembangunan pabrik ini akan menelan belanja modal US$ 245 juta dalam tiga tahun. Alokasi belanja modal untuk proyek ini sudah di mulai sejak 2014. Tahun lalu Sritex mengalokasikan belanja modal US$ 55 juta.
Selanjutnya tahun ini dan 2016, belanja modal yang dialokasikan Sritex masing-masing US$ 104 juta dan US$ 86 juta. Belanja modal sebagian besar berasal dari obligasi global yang dirilis Sritex 2014 lalu, sisanya dari kas internal.
Jika pabrik ini selesai 2016, Sritex membidik target pertumbuhan pendapatan 16%. Lalu pada 2017, Sritex optimistis mengejar target pertumbuhan bisnis lebih tinggi lagi, yakni tumbuh 20%.
Sritex memperkirakan pendapatan Rp 7,1 triliun. Untuk 2015, Sritex memproyeksikan pertumbuhan pendapatan 12% atau naik jadi Rp 7,95 triliun.
Selain ekspansi produksi, Sritex juga berusaha memperbesar pangsa pasar seperti China. Di Negeri Tirai Bambu itu, Sritex mengintip peluang pengadaan seragam militer China yang memiliki tentara lebih dari dua juta orang.
Walaupun saat ini masih tahapan lobi, namun Sritex optimistis bisa mendapatkan kontrak itu. Apalagi, saat ini Sritex telah mengerjakan seragam militer Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan lainnya.
Tercatat, ada 30 negara yang telah menggunakan seragam militer dari Sritex termasuk seragam militer untuk pasukan NATO (North Atlantic Treaty Organization). Bahkan, Sritex telah ditunjuk sebagai rekan kerja resmi NATO sejak tahun 1994 silam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News