kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Steady Safe menjadi operator mandiri Transjakarta


Jumat, 18 Agustus 2017 / 17:28 WIB
Steady Safe menjadi operator mandiri Transjakarta


Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Setelah masa kontrak para operator konsorsium untuk PT Transportasi Jakarta usai per Juni 2016, PT Steady Safe Tbk (SAFE) mengambil langkah inisiatif untuk menjadi operator mandiri.

Sayangnya, pengoperasian armada baru bisa direalisasikan per Oktober 2017. Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa hingga semester 1 tahun ini, perseroan belum bisa mencatatkan pendapatan.

Andika Nusantara, selaku Direktur SAFE menyatakan perseroan sudah memesan armada Maxi Bus-Diesel Volvo sejak bulan Juli ini dan diharapkan bulan September sudah tiba sehingga mulai dapat dioperasikan per Oktober 2017.

"Sudah diberangkatkan dari Ungaran, yaitu dari PT Laksana Karoseri, dan diperkirakan September sudah sampai untuk kloter pertama sebanyak 30 unit. Makanya baru ada pendapatan di kuartal 4 tahun ini," terang Andika di Jakarta, Jumat (18/8).

Armada Maxi Bus-Diesel Volvo yang dipesan oleh perseroan memang dilakukan bertahap menjadi 4 kloter, dengan total pemesanan sebanyak 122 unit. "Sebelumnya, kontrak dengan Transjakarta sebanyak 116 unit tapi kami harus menyiapkan cadangan sebanyak 6 unit untuk Volvo," tambah Andika.

Sekadar informasi, 1 unit armada Maxi Bus-Diesel Volvo sebesar Rp 3,05 miliar dengan sistem pembiayaan leasing oleh PT Indomobil Finance. Artinya, perseroan cukup membayar DP sebesar 30% dari biaya keseluruhan.

Andika menambahkan, jika keseluruhan 116 unit Volvo sudah beroperasi, perseroan mampu mendapatkan pendapatan sebesar Rp 17,14 miliar. Namun, karena di tahun ini baru datang 2 kloter pada September dan Oktober, perseroan baru mampu mencatatkan

"Per 2018 dengan mengoperasikan 116 unit mampu mendapatkan revenue sekitar 17 miliar. Tapi di 2017 baru 30% sampai 50% karena ada kiriman di batch kedua pada Oktober tahun ini," tambah Andika.

Selain armada Maxi Bus-Diesel Volvo, perseroan juga memesan 71 unit Bus Ankai yang akan dioperasikan pada 2018. Berbeda dengan armada Volvo, armada Ankai merupakan bentuk Kerjasama Operasi (KSO) dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT Transjakarta.

Unit Bus Ankai merupakan armada bekas dari tahun 2013, yang tidak jadi dibeli oleh Dinas Perhubungan. Sehingga boleh dioperasionalkan namun sifatnya dititipkan kepada operator exisiting, seperti Mayasari, PPD, dan Steady Safe. "Jadi, bukan milik Steady Safe," tambah Andika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×