kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stok Kedelai Menipis, Harga Naik, Perajin Tahu Tempe Menjerit, Ini kata Badan Pangan


Minggu, 30 Oktober 2022 / 00:22 WIB
Stok Kedelai Menipis, Harga Naik, Perajin Tahu Tempe Menjerit, Ini kata Badan Pangan
ILUSTRASI. Perajin pabrik tahu tradisional, di Banda Aceh, Aceh, Rabu (14/9/2022). Badan Pangan mengklaim pasokan kedelai cukup karena impor sudah jalan. ANTARA FOTO/Ampelsa/YU


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional alias National Food Agency (NFA) mengklaim stok kedelai di Indonesia nasional masih bisa surplus hingga akhir Desember 2022 mendatang. 

Sebab saat ini Badan Pangan telah menunjuk beberapa pihak untuk melakukan importasi kedelai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Hanya saja impor kedelai ini terkendala oleh gejolak kurs rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

Baca Juga: Bapanas Siapkan Skema Pendanaan Pengadaan Cadangan Pangan

Adapun harga kedelai per bushel atau per gantang di pasar global pada akhir pekan ini ada di kisaran US$ 13,88 artinya harga per kilo sekitar  US$ 0.51 dengan asumsi per bushel sebesar 27.2 kilogram. 

Menggunakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebesar Rp 15.600 per kilogram maka harga kedelai setara dengan Rp 7,959.15/ kilogram.

Sementara harga kedelai di pasaran dalam negeri saat ini sudah mencapai Rp 14.000 per kilogram bahkan di atas Rp 15.000 per kilogram.

Lonjakan harga di dalam negeri ini terjadi lantaran stok yang ada di dalam negeri diprediksi makin menipis lantaran pasokan impor tersendat.

Adapun menurut Badan Pangan Nasional, ketersediaan stok kedelai tinggal 7 hari apabila mengacu pada perhitungan Neraca Pangan Nasional sampai dengan akhir November 2022.

Baca Juga: Gakoptindo Minta Cadangan Pangan Kedelai Mencapai 750.000 Ton

Deputi 1 Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa, melalui keterangan tertulis Rabu, (26/10/2022), di Jakarta menjelaskan stok kedelai di Indonesia yang tinggal 7 hari itu bukan dihitung per hari ini. 

Namun dasar penghitungan setelah bulan November 2022, Sebab berdasarkan Neraca Pangan Nasional yang dimiliki oleh Badan Pangan Nasional, sampai dengan akhir November 2022 stok kedelai masih surplus 54.983 ton.

"Stok 54.983 ton tersebut apabila dibagi rata-rata konsumsi harian nasional sebesar 8.191 ton perhari, maka dapat memenuhi kebutuhan sekitar 7 hari. Jadi stok kedelai untuk 7 hari itu dihitung per setelah November 2022," katanya.

Ketut menjelaskan, berdasarkan perhitungan prognosa Januari–November 2022, stok akhir kedelai diperkirakan masih dalam kondisi surplus sebanyak 54.983 ton. 

Penghitungan stok kedelai ini merupakan hasil perhitungan dari ketersediaan 2.758.151 ton dikurangi kebutuhan selama Januari-November 2022 sebesar 2.703.169 ton. 

Dengan memperhitungkan kebutuhan kedelai dalam satu bulan yang diperkirakan mencapai 245.743 ton atau 8.191 ton per hari, maka stok di akhir November 2022 masih ada 54.983 ton atau diperkirakan mencukupi untuk 7 hari.

Baca Juga: Dapat Penugasan Pengamanan Cadangan Jagung dan Kedelai, Begini Kesiapan Bulog

Namun demikian, Ketut meminta masyarakat khususnya para pengrajin tahu-tempe tidak perlu panik, dengan stok ini.

Sebab pemerintah telah melakukan impor untuk menambah ketersediaan kedelai di dalam negeri. Untuk itu, NFA mendorong percepatan importasi untuk memenuhi ketahanan stok kedelai.

"Jadi kami mendorong percepatan realisasi impor kedelai untuk memenuhi dan memperpanjang kecukupan stok kedelai,” ujar Ketut.

Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, dengan basis stok 7 hari setelah akhir November tersebut, pihaknya menjamin bahwa stok kedelai cukup hingga 1,5 bulan ke depan. 

Baca Juga: Ada Kuota Impor Dibalik Perpres Percepatan Swasembada Gula?

Untuk itu, Arief meminta masyarakat tidak khawatir dengan ketersediaan kedelai di pasaran.

Arief juga mengatakan, melalui realisasi impor, maka berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Januari-Desember 2022, komoditas kedelai diperkirakan surplus sebesar 250.00 ton pada akhir Desember 2022.

Importir memang merencanakan impor dengan hati-hati karena adanya fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga kedelai di pasar global. Selain itu biasanya importir akan merencanakan 3 sampai dengan 4 bulan.

Di sisi lain, dengan kondisi perdagangan global yang penuh ketidakpastian dan fluktuasi harga kedelai di pasar internasional, Arief juga melihat bahwa situasi ini menjadi momentum untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan melepas ketergantungan terhadap impor.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo telah mengarahkan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri melalui perluasan lahan produksi kedelai, dan hasilnya dibeli dengan harga Rp 10.000 per kg. 

Kondisi yang ada, petani tidak bisa menanam kedelai jika harganya di bawah Rp 10.000 per kg, karena akan kalah dengan harga kedelai impor yang hanya sekitar Rp 7.000 per kg.  

“Dengan penetapan kebijakan harga acuan tersebut, ini akan menarik petani untuk lebih semangat berproduksi karena harganya diatur sehingga tidak merugikan petani. Keterlibatan BUMN pangan di sini penting dalam aspek penugasan untuk membeli kedelai dari petani sesuai harga yang ditentukan,” ujar Arief.

Dari sisi perlindungan usaha bagi pengrajin tahu-tempe, Badan Pangan telah mendorong pemberlakuan kembali program Bantuan Penggantian Selisih Harga Pembelian Kedelai untuk Pengrajin Tahu dan Tempe. 

Kebijakan ini untuk membantu para pengrajin tahu-tempe agar tetap berproduksi di tengah lonjakan harga komoditas kedelai saat ini.

Menurut Arief, program ini sangat penting dan strategis untuk menjaga produktivitas dan keberlangsungan usaha pengrajin. Melalui bantuan penggantian selisih harga tersebut pengrajin tahu dan tempe akan memperoleh subsidi Rp 1.000 untuk setiap kg pembelian kedelai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×