Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) mengusung ekspansi di bisnis inti sembari menjajaki pengembangan bisnis baru. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem hulu dan hilir ELSA sekaligus memupuk sumber pendapatan (revenue) baru.
Direktur Pengembangan Usaha Elnusa, Arief Prasetyo Handoyo mengungkapkan, new business development selection menjadi bagian dari strategi utama ELSA untuk menjaga keberlangsungan usaha.
ELSA menjajaki sejumlah segmen bisnis baru yang sudah masuk ke arah komersial, yakni: pipeline integrity management, well production improvement, serta well optimization.
Selain itu, ELSA sedang mengembangkan tiga bisnis baru yang masih dalam tahap pilot project. Meliputi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS), fabrikasi untuk binary heat exchanger geothermal dan inflow control, serta ekosistem Electric Vehicle (EV) pada segmen battery charging station.
Baca Juga: Perkuat Modal, Elnusa (ELSA) Teken Perjanjian Peningkatan Fasilitas Kredit dengan BNI
Arief bilang, investasi dan pengembangan bisnis baru ELSA berfokus pada sektor yang memiliki prospek menarik di masa depan.
Dia mencontohkan carbon capture yang akan berperan penting dalam upaya pemerintah mencapai target pengendalian emisi dan keberlanjutan lingkungan.
Arief memproyeksikan strategi pengembangan bisnis baru ini bisa menghasilkan pendapatan untuk ELSA dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
"Investasi dilakukan secara selektif dan prudent. Kami melihat kebutuhan internal dan bagaimana permintaan pasar ke depan, sehingga menuntun Elnusa untuk sustain dan berkembang," kata Arief dalam paparan public live, Kamis (11/9/2025).
ELSA berkomitmen untuk meningkatkan investasi sebagai bagian penting dari pertumbuhan kinerja. Arief mengungkapkan bahwa anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) ELSA secara konsisten mengalami peningkatan sekitar 13% sejak tahun 2022.
Pada tahun ini, ELSA menyiapkan capex sebesar Rp 594 miliar. Alokasi terbanyak digunakan untuk keperluan segmen bisnis hulu dengan porsi 45%, distribusi dan logistik sebesar 30%, jasa penunjang hulu 12%, kebutuhan non-proyek 8%, serta untuk bisnis baru sebesar 5%.
Arief menjelaskan investasi di segmen jasa penunjang hulu migas penting untuk menangkap peluang kenaikan permintaan, terutama dalam upaya pemerintah mencapai target lifting 1 juta barel.
Dus, ketersediaan dan keandalan aset menjadi hal penting, meski dalam beberapa tahun terakhir dinamika harga minyak dunia turut memengaruhi aktivitas dan investasi di hulu migas.
"Secara historis margin yang dimiliki di upstream juga memberikan kontribusi profit yang cukup signifikan, sehingga hal ini menjadi salah satu pertimbangan Perseroan terus melakukan investasi," ungkap Arief.
ELSA juga mengucurkan investasi yang cukup deras pada segmen hilir, khususnya untuk distribusi dan logistik, yang saat ini berkontribusi signifikan terhadap pendapatan. Investasi di segmen ini antara lain digunakan untuk peremajaan dan penambahan jumlah armada.
Di bisnis distribusi dan logistik, ELSA ingin menangkap peluang dari pertumbuhan permintaan terhadap bahan bakar. Selain itu, ELSA sedang mengembangkan bisnis dalam distribusi petrokimia.
Arief mengakui, serapan capex ELSA hingga semester I-2025 masih belum optimal, yakni sebesar Rp 234 miliar atau setara dengan 39,39% dari total anggaran tahun 2025. Arief menjelaskan, hal ini disebabkan karena ada beberapa proyek yang mengalami pergeseran jadwal.
ELSA pun bakal memacu penyerapan capex pada semester II-2025 untuk tiga pilar bisnisnya, yakni jasa hulu migas, distribusi dan logistik energi, serta jasa penunjang migas. Salah satunya adalah pembangunan terminal LPG Kolaka serta peremajaan fuel tank vehicles.
Target Kinerja 2025
Direktur Keuangan Elnusa, Nelwin Aldriansyah memastikan bahwa ELSA memiliki likuiditas yang solid, sehingga mampu membiayai secara optimal operasional dan inisiatif strategis perusahaan. ELSA juga menyiapkan strategi pendanaan melalui berbagai instrumen pembiayaan.
Dari sisi kinerja keuangan, pendapatan ELSA tumbuh 10,30% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp 6,31 triliun menjadi Rp 6,96 triliun pada semester I-2025. Namun, laba bersih ELSA menyusut 24,04% (yoy) dari Rp 442,98 miliar menjadi Rp 336,48 miliar.
Nelwin menjelaskan bahwa penurunan laba ELSA lebih disebabkan oleh faktor non operasional. Terutama karena pada semester I-2024 lalu ELSA mencatatkan pendapatan satu kali transaksi dari bunga deposito yang tertunda, yakni sebesar Rp 69 miliar.
"Apabila one of revenue itu dikeluarkan dari bottom line pada semester I-2024, maka angka (laba bersih) tidak jauh berbeda dari net profit yang kami bukukan pada semester I-2025," jelas Nelwin.
Baca Juga: Siasat Elnusa (ELSA) Dukung Target Swasembada Energi Lewat Teknologi
Selain itu, penurunan laba bersih ELSA disebabkan oleh pergeseran jadwal dari beberapa pekerjaan. Pencatatan pendapatan akan bergeser pada semester kedua, sehingga Nelwin optimistis ELSA bisa mendongkrak kinerja hingga akhir tahun ini.
"Kami cukup optimistis dapat mencapai target top line dan bottom line sesuai dengan rencana kerja dan anggaran perusahaan untuk tahun 2025," kata Nelwin.
Arief menambahkan, kinerja ELSA bakal ditopang oleh penyerapan kontak. ELSA memiliki kontrak carry over dari tahun 2024 senilai Rp 10,9 triliun pada bisnis jasa hulu migas, Rp 2,5 triliun pada bisnis jasa penunjang migas, serta Rp 4,3 triliun pada segmen distribusi dan logistik energi.
ELSA juga membukukan kontak baru hingga Juni 2025 senilai Rp 1,8 triliun pada bisnis jasa hulu migas, Rp 1,1 triliun pada bisnis jasa penunjang migas, serta Rp 8,7 triliun pada bisnis distribusi dan logistik energi.
Sampai dengan Juni 2025, serapan kontrak ELSA pada bisnis jasa hulu migas mencapai Rp 3,8 triliun, jasa penunjang migas sebesar Rp 1,6 triliun, serta Rp 7 triliun pada bisnis distribusi dan logistik energi.
Selanjutnya: Menkeu Purbaya Bakal Menyisir Program-Program yang Penyerapan Anggarannya Lambat
Menarik Dibaca: 5 Destinasi Eropa Paling Favorit, Ada Paris Hingga Milan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News