kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Strategi produksi minyak 1 juta barel, pemerintah mendorong pengembangan shale oil


Jumat, 05 Februari 2021 / 08:52 WIB
Strategi produksi minyak 1 juta barel, pemerintah mendorong pengembangan shale oil
ILUSTRASI. Pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel pada tahun 2030.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menyampaikan komitmen untuk meningkatkan investasi di hulu minyak dan gas bumi (migas) serta strategi untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel pada tahun 2030. Salah satunya dengan mendorong pengembangan migas non konvensional.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji menyampaikan bahwa pemerintah akan memfokuskan pada pengembangan shale oil karena Indonesia masih memerlukan minyak dalam jumlah besar. Dia memaparkan, dalam pengembangan migas non konvensional ini, pemerintah telah melakukan identifikasi potensi shale oil dan shale gas.

"Sementara ini kita perlu banyak minyak, jadi kita fokuskan ke shale oil," ungkap Tutuka dalam siaran pers di situs Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jumat (5/2).

Secara teori, dia melanjutkan bahwa apabila terdapat reservoar minyak di suatu tempat, pasti ada "dapur". Inilah yang dikejar pemerintah. "Dapur itu sudah diketahui tempatnya di mana. Dapurnya namanya non konvensional. Kita sudah petakan di mana tempatnya dan kita mau fokus ke satu tempat (shale oil)," kata Tutuka.

Baca Juga: Harga minyak WTI menguat 8,39% sepekan ke atas US$ 56 per barel

Menurut dia, potensi shale oil Indonesia terbilang cukup besar. Hal ini yang menurut Tutuka menimbulkan optimisme pemerintah untuk terus berupaya mencapai produksi minyak 1 juta barel pada tahun 2030.

Hal senada juga pernah dikemukakan mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, beberapa waktu silam. Menurut dia, Indonesia dinilai memiliki potensi shale gas dan shale oil yang besar, tapi belum dimanfaatkan sama sekali.

Arcandra mengatakan, investasi besar untuk teknologi sangat penting guna menggenjot produksi shale oil dan gas. Pada 2007 produksi migas Amerika Serikat sekitar 4,5 juta barel oil per day (BOPD), dalam waktu tujuh tahun meningkatkan menjadi 9,5 juta BOPD didorong kesuksesan dari shale oil dan shale gas.

Baca Juga: Gapki perkirakan harga CPO tahun ini US$ 850-US$ 900 per ton

Minyak serpih (shale oil), juga disebut kerogen serpih (bitumen padat), adalah batuan sedimen berbutir halus yang mengandung kerogen (campuran dari senyawa-senyawa kimia organik) yang merupakan sumber terbentuknya minyak serpih yang merupakan hidrokarbon cair.

Shale oil didefinisikan sebagai batuan sedimen immature, berbutir halus yang mengandung sejumlah besar material organik yang spesifik yaitu alginit dan/atau bituminit, yang apabila diekstraksi dengan dipanaskan (>550 derajat celsius) akan menghasilkan minyak yang mempunyai potensi ekonomis. Adapun migas non konvensional di Indonesia baru dikembangkan pada tahun 2008 dengan penandatanganan WK Sekayu. 

Baca Juga: Outlook harga minyak membaik, simak prospek saham Medco Energi Internasional (MEDC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×