Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Produk fashion sport mendapat atensi pelaku usaha seiring pergeseran perilaku konsumen ke gaya hidup athleisure, di mana konsumsi fashion sport tak hanya untuk memenuhi fungsi olahraga tetapi juga sebagai identitas sosial.
Sejumlah perusahaan produk lifestyle mulai memperkuat lini bisnis fashion sport. Misalnya saja MAP Group yang menghadirkan ritel olahraga asal Inggris, Sports Direct pada awal 2024. Ini menambah jajaran ritel fashion sport MAP Group yang sebelumnya sudah memiliki Sport Station dan Foot Locker.
Tak ketinggalan perusahaan ritel Erajaya (ERAA) turut merambah segmen fashion sport dengan akuisisi JDSports Fashion Indonesia (JDFI) pada akhir 2024. Corporate Secretary ERAA Amelia Allen menjelaskan, kehadiran segmen fashion sport di ERAA menjadi bagian dari strategi diversifikasi bisnis yang mengikuti minat pasar.
“Minat konsumen pada penampilan yang fungsionalitas sekaligus fashionable menjadi peluang strategis jangka panjang yang relevan dengan arah diversifikasi bisnis ERAA,” ungkap Amelia kepada Kontan, Senin (4/ 8/2025).
Baca Juga: Mitra Adiperkasa (MAPI) Raup Laba Rp 960,92 Miliar pada Semester I-2025
Amelia membeberkan, kehadiran fashion sport melalui JDFI sejak awal tahun sudah menunjukkan perkembangan yang konsisten seiring menguatnya tren lifestyle yang aktif. ERAA sendiri cukup optimis memandang prospektif industri fashion Indonesia dengan karakter demografis yang muda dan tren gaya hidup yang terus berkembang.
Kendati begitu, bukan berarti bisnis fashion sport bebas risiko sama sekali. Amelia menilai saat ini setidaknya ada dua risiko yang perlu dicermati, yakni terkait daya beli masyarakat dan perubahan perilaku belanja konsumen.
Di sisi lain, pengamat pemasaran dan konsultan bisnis Yuswohady bilang perubahan perilaku konsumen memang menjadi pendorong menjamurnya bisnis fashion sport saat ini. Dalam hal ini, pergeseran perilaku terlihat dari konsumen yang mulai menggunakan produk fashion sport pada kegiatan-kegiatan di luar olahraga.
“Sekarang orang-orang ke kantor, mall, nongkrong, juga pakai sepatu olahraga,” kata Yuswo kepada Kontan, Senin (4/8/2025).
Menurutnya, meski perilaku konsumen cenderung dinamis, pada dasarnya olahraga adalah kebutuhan yang esensial. Dus meski terjadi pergeseran tren yang berpotensi mendorong perubahan perilaku konsumen, permintaan terhadap industri ini akan senantiasa ada.
Apalagi, konsumen Indonesia memiliki kultur komunitas yang kuat. Yuswo bilang meningkatnya minat olahraga pasti turut mendorong hadirnya komunitas baru. “Komunitas itu permintaannya besar, jadi demand di pasar juga semakin kuat,” katanya.
Hadapi tantangan
Nah, Yuswo menilai yang menjadi tantangan dari bisnis ini adalah lemahnya diferensiasi produk.
“Produk yang ada di satu toko, paling-paling ada di toko lain,” katanya.
Meski begitu, Yuswo bilang ini bisa jadi peluang baru. Alih-alih menghadirkan toko ritel baru untuk mengakomodasi produk-produk yang sudah eksis, menghadirkan produk baru bisa menjadi daya tarik tersendiri di bisnis ini.
“Walaupun memang lebih sulit karena konsumen sudah pasti lebih terpapar merek-merek besar. Tapi ketika persaingan di level ritel atas kian ketat, pemain mau tak mau harus mencoba mencari pembeda, misalnya dengan menghadirkan produk tokonya sendiri,” kata Yuswo.
Baca Juga: Naik 8,54%, Erajaya (ERAA) Raup Laba Rp 568,29 Miliar per Semester I-2025
Pun sebagai pelaku usaha, Amelia tak menampik bahwa persaingan fashion sport kian dinamis.
Maka dari itu, ERAA berupaya memetakan segmen pasar yang lebih spesifik serta memberikan penawaran yang relevan, menarik, dan tidak generik. Misalnya dengan menghadirkan sejumlah koleksi sepatu khusus yang hanya tersedia di gerai JD Sports di Indonesia.
Secara keseluruhan, Amelia bilang menjaga relevansi pasar menjadi kunci penting untuk memperkuat posisi di tengah persaingan yang ketat. Sejalan dengan itu, Yuswo menekankan bahwa meski perubahan tren tak bisa dihindari, peluang dari sifat sustain bisnis fashion sport perlu dimanfaatkan dengan pendekatan yang tepat.
Selanjutnya: Ungguli Bitcoin & Franc Swiss, Emas Dinilai Dinilai Paling Prospektif di Semester II
Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Punya Energi Negatif!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News