Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menilai moratorium sawit tidak akan menganggu kinerja produksi dan ekspansi lahan perusahaan. Pasalnya, emiten ini sudah memiliki lahan berizin seluas 13.000 ha yang siap dikembangkan jadi areal sawit.
CEO SSMS, Vallauthan Subraminam menyampaikan, area tanam inti saat ini kurang lebih seluas 71.000 ha. "Dan masih ada lahan yang bisa dibuka dalam izin seluas 13.000 ha, dan ini akan beri peluang tuntaskan green development," jelasnya, Senin (22/10).
Vallauthan menegaskan lahan baru tersebut sudah memiliki izin dan dikumpulkan sejak lama, sehingga pengembangnnya menjadi lahan sawit tidak akan terhambat oleh Instruksi Presiden nomor 8 tahun 2018 tentang penundaan dan evaluasi perizinan perkebunan kelapa sawit serta peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit. Inpres ini kerap disebut sebagai moratorium sawit untuk tiga tahun kedepan.
Vallauthan melanjutkan, luas area tanam inti SSMS saat ini berada di kisaran 71.000 ha dan luas area kebun sawit plasma telah mencapai 10.000 ha. Ia perkirakan, secara umum luas lahan yang ia miliki saat ini antara lahan inti dan sawit berada di kisaran 82.000 ha.
Adapun lahan baru tersebut rencananya akan mulai diolah tahun ini hingga tiga tahun kedepan menggunakan capitul expenditure sebesar Rp 500 - Rp 530 miliar. Namun tak hanya untuk kembangkan lahan, tapi juga untuk membangun fasilitas pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sebanyak tiga unit di tahun depan. Dengan agenda tersebut, maka PKS emiten bakal mencapai 9 unit.
"Usia kebun seluruhnya,8,7 tahun dan produksi levelnya dalam perkembangan karena produksi paling tinggi kalau lebih 10 tahun. Maka kita butuh fasilitas untuk olah, ditambahkan sesuai produksinya," jelasnya.
Direktur Keuangan & Direktur Independen SSMS, Nicholas J. Whittle menyatakan untuk tahun ini, target produksi CPO emiten sebesar 400.000 ton atau naik 20%-25% dibandingkan tahun lalu. Kinerja ini berasal dari produktivitas lahan sawit emiten di 20 ton per ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News