kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Survei Pataka: Produktivitas Padi Turun, Harga Gabah dan Beras Fluktuatif


Selasa, 12 November 2024 / 16:54 WIB
Survei Pataka: Produktivitas Padi Turun, Harga Gabah dan Beras Fluktuatif
ILUSTRASI. Panen padi di Desa Jembayat, Margasari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (11/3/2024). Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) paparkan hasil Survei Keragaan Produksi dan Harga Beras Nasional untuk periode Oktober 2024.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) memaparkan hasil Survei Keragaan Produksi dan Harga Beras Nasional untuk periode Oktober 2024. 

Ketua Pataka, Ferry Sitompul, menjelaskan bahwa survei ini bertujuan untuk menyediakan data terkini bagi pemerintah guna mendukung kebijakan perberasan berbasis ilmu pengetahuan.

Survei Pataka dilakukan di 10 provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. 

Baca Juga: Produksi Padi Turun Lagi, Impor Beras Indonesia Berpotensi Menanjak

Responden survei terdiri dari 1.019 petani, 115 pengepul, 56 penggilingan padi, 235 pedagang beras, serta 54 pengamat pengairan dan hama penyakit tanaman (HPT).

Hasil survei menunjukkan bahwa pertumbuhan produktivitas padi pada Mei-Oktober 2024 rata-rata meningkat 0,95% per bulan. Namun, pada September-Oktober, pertumbuhannya turun menjadi 0,87%, lebih rendah dari periode sebelumnya. 

Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah panen petani serta meningkatnya serangan hama dan kekeringan.

Survei juga mencatat kenaikan luas area sawah yang tidak terairi sebesar 28,06% per bulan pada Mei-Oktober 2024, dengan peningkatan tajam terjadi pada September-Oktober sebesar 24%. Hal ini dikaitkan dengan musim kemarau dan fenomena kurang awan yang menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah.

Terkait serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), area sawah terdampak OPT pada Mei-Oktober 2024 mengalami kenaikan signifikan sebesar 48,41% per bulan, dengan puncaknya pada Agustus-September yang mencapai 317% per bulan. 

Baca Juga: BPS: Harga Gabah Turun, Tapi Harga Beras Masih Naik

"Namun, pada Oktober, terjadi penurunan karena banyak petani yang telah selesai panen," ujar Ferry dalam keterangannya, Selasa (12/11).

Dalam hal harga jual gabah, lanjut Ferry, pada Mei-Oktober 2024 terjadi kenaikan rata-rata 2,07% per bulan. Namun, pada September-Oktober 2024, harga gabah turun 2,61% karena suplai gabah yang melimpah pasca panen. 

Tren penurunan harga ini juga tercermin pada harga beli gabah di tingkat pengepul dan penggilingan, yang masing-masing turun 1,17% dan 3,56% per bulan pada periode yang sama.

Volume beli gabah oleh pengepul juga menurun 17,90% per bulan pada September-Oktober, karena petani memilih menahan stok gabah mereka. Namun, volume jual gabah oleh pengepul meningkat tajam sebesar 38,29% per bulan pada periode ini, seiring dengan meningkatnya permintaan dari luar wilayah.

Di tingkat pedagang beras, harga beras premium dan beras curah tertinggi meningkat masing-masing sebesar 0,67% dan 1,83% pada September-Oktober 2024, sementara harga beras medium sedikit menurun sebesar 0,31%.

Baca Juga: Harga Gabah Turun, tapi Harga Beras Tingkat Grosir dan Eceran Naik pada Oktober 2024

Ferry menyampaikan beberapa rekomendasi kebijakan. Pertama, pemerintah perlu memiliki program penanganan hama penyakit tanaman yang terukur dan berkelanjutan. 

Kedua, pemerintah disarankan menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) agar sesuai dengan harga GKP petani pada Agustus-Oktober 2024. 

Ketiga, perlu ada upaya serius dalam menangani dampak kekeringan, termasuk revitalisasi saluran irigasi. 

Keempat, pemerintah diharapkan memperkuat kelembagaan petani untuk melindungi kesejahteraan mereka. 

Baca Juga: BPS: Harga Gabah Turun, tapi Harga Beras di Tingkat Grosir dan Eceran Meningkat

Kelima, dalam pelaksanaan swasembada pangan, pemerintah harus mempertimbangkan karakteristik lokal setiap wilayah. 

Keenam, penting untuk memperbaiki ketahanan pangan melalui perbaikan sistem produksi, distribusi, dan tata niaga, guna memastikan ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas pangan.

Selanjutnya: Kinerja Penjualan Eceran Oktober Diperkirakan Melambat, Apa Penyebabnya?

Menarik Dibaca: Inovasi Baru, Bank Kustodian BRI Tawarkan Multi-share Class

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×