Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kementerian Pertanian akan memberikan sanksi kepada importir daging beku dan sapi bakalan yang tidak segera merealisasikan impor sesuai dengan kuota yang diberikan. Ancaman ini disampaikan oleh Suswono, Menteri Pertanian di Jakarta, Rabu (10/4).
Menteri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini bilang, ancaman itu akan disampaikan ke importir melalui Direktorat Jenderal Peternakan. "Ya ini yang kami sayangkan (realisasi impor daging rendah)," terang Suswono,
Sayangnya, ancaman sanksi yang dilontarkan Suswono itu tidak konkretnya. Suswono hanya melontarkan ancaman pencabutan izin untuk periode importasi daging berikutnya. "Kalau ada kesengajaan (tidak merealisasikan impor), maka tidak akan diberikan izin lagi untuk kuota tahun berikutnya," kata Suswono.
Untuk mengantisipasi harga daging mahal, Suswono meminta pengusaha penggemukan sapi atau feedloter segera melepas sapi-sapi ke pasar tradisional. "Ini yang kami prioritaskan," jelas Suswono.
Tahun ini, pemerintah menetapkan kuota impor daging beku sebesar 32.000 ton. Kuota impor ini dibagi dua, pada semester I sebanyak 20.400 ton dan sisanya sebanyak 11.600 pada semester kedua.
Sementara untuk kuota impor sapi bakalan tahun ini sebanyak 267.000 ekor. Untuk kuota impor sapi bakalan ini dibagi per kuartal. Di kuartal pertama, kuota impor sebanyak 56.000 ekor sedangkan kuartal kedua, kuota impornya sebesar 117.000 ekor.
Sebelumnya, Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bilang, realisasi impor sapi bakalan tak sesuai dengan kuota, yakni sebesar 52.000 ekor di kuartal pertama. Ini berarti masih ada 4.000 ekor lagi yang tidak terealisasikan. "4.000 ekor ini akan hangus (tidak bisa diimpor lagi)," kata Syukur.
Sementara itu, per 5 April 2013, berdasarkan data Badan Karantina Kementerian Pertanian, realisasi impor daging beku tercatat sebesar 8.538 ton dan impor sapi bakalan sebanyak 70.432 ekor.
Realisasi impor daging beku ini terbilang cukup rendah jika mengacu kuota. Dengan kuota 20.400 ton untuk enam bulan pertama, seharusnya realisasi impor untuk tiga bulan bisa terealisasi separuhnya atau lebih dari 10.000 ton. Namun, realisasinya hanya sekitar 8.000-an.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News