kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ini, omzet bisnis waralaba bisa naik 6%


Kamis, 02 Desember 2010 / 10:24 WIB
Tahun ini, omzet bisnis waralaba bisa naik 6%
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani


Reporter: Gloria Haraito | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Bisnis waralaba (franchise) terus berkembang seiring maraknya perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Lihat saja pertumbuhan jumlah pemegang lisensi waralaba.

Berdasarkan data Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), tahun ini jumlah pemegang lisensi waralaba diperkirakan mencapai 800.000 orang. Jika dibandingkan dengan tiga tahun lalu (2007) yang jumlahnya sekitar 600.000 pengusaha, jumlahnya naik 33,3%.

Ketua AFI Anang Sukandar mengatakan, angka itu masih bisa bertambah bila ditambah dengan pengusaha yang terkait dengan waralaba. "Jumlahnya bisa meningkat hingga lima kali lipat, atau setara dengan 4 juta pengusaha," tandas Anang, Rabu (1/12).

Menurut Anang, saat ini jumlah pemegang merek waralaba mencapai sekitar 1.700 mereka. Dari jumlah itu, sekitar 1.500 adalah merek lokal, dan sisanya yang 200 lagi merupakan merek asing.

Nah, dari 1.500 merek lokal itu, Anang mengungkapkan, sekitar 90% masih berskala peluang bisnis alias business opportunity (BO). Sekadar informasi, yang membedakan bisnis waralaba dengan BO adalah dari sisi modalnya. Jika waralaba modalnya di atas Rp 500 juta, modal BO di bawah Rp 500 juta.

Jika melihat dari pertumbuhan bisnisnya, tahun ini Anang memperkirakan omzet bisnis waralaba bisa naik 5% dari omzet tahun lalu yang mencapai Rp 1,01 triliun. "Untuk tahun depan sendiri, omzet akan naik 6%, dengan pertumbuhan jumlah pengusaha waralaba sebesar 25% menjadi 1 juta pengusaha," ramal Anang.

Anang mengakui, pertumbuhan bisnis waralaba memang tidak signifikan, sebab cukup banyak pengusaha yang sudah menyerah sebelum lima tahun beroperasi. Contoh terdekat adalah Toni Jack's. "Tahun lalu masih ada, sekarang nyaris punah. Makanya, sebelum berusia lima tahun, waralaba jangan ditawarkan ke investor, harus dibenahi dulu," saran Anang.

Meski begitu, Anang masih melihat peluang yang besar di bisnis waralaba ini. Apalagi jika melihat perbandingan bisnis waralaba di negara lain. "Korea Selatan dengan penduduk 46 juta saja, pengusaha waralabanya ada 1,6 juta orang," imbuh Anang.

Selain itu, Anang melihat, makanan dan minuman tradisional berpotensi untuk berkembang di pasar lokal maupun internasional. Sebut saja seperti waralaba Es Teler 77 yang sudah merambah wilayah Asia.

Nah, untuk lebih menggairahkan bisnis waralaba, AFI pun menggandeng Kementerian Perdagangan, dan PT Debindo Mitra Dyantama mengadakan International Franchise, Lisence & Business Concept Expo & Conference (IFRA) tahun 2011. Pameran ini akan dilakukan di Makassar pada 29 April-1 Mei, di Jakarta pada 17-19 Juni, dan di Yogyakarta pada 25-27 November 2011. Selain itu, AFI juga akan melakukan roadshow ke 12 kota.

Manajer Umum Debindo Agus Riyadi mengatakan, IFRA Juni 2010 lalu berhasil menggaet 165 perusahaan. Sebagian besar peserta berasal dari Indonesia dan sisanya dari Malaysia (4%), Filipina (2%), dan Singapura (5%). "Sebanyak 60% dari peserta bergerak di bidang makanan dan minuman," terang Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×