Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
TANGSEL. Moratorium perizinan pembangunan mal di Jakarta mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Moratorium perizinan itu diharapkan mendorong investasi ke Tangsel.
”Ini justru bisa menjadi peluang bagi kami untuk menggaet investor menanamkan modalnya di daerah kami,” kata Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Tangsel Oting Ruchiyat, Kamis (19/9/2013).
Menurut Oting, Tangsel masih sangat potensial dikembangkan meski saat ini juga sudah banyak berdiri mall atau pusat perbelanjaan modern. ”Kalau kami belum perlu moratorium mal karena belum sepadat seperti Jakarta. Masih banyak daerah yang bisa dikembangkan, seperti Setu, Pamulang, dan Serpong Utara,” ujarnya.
Mal yang telah berdiri di Tangsel, di antaranya, ITC BSD, Teraskota, dan Living World. Tak jauh dari Tangsel, ada Summarecon Mal Serpong dan Mal Alam Sutera. Saat ini yang tengah dalam penyelesaian adalah The Breeze di lokasi kantor pemasaran BSD. Mall terbaru dengan konsep tanpa dinding ini terletak di tepi Sungai Cisadane dan baru beberapa waktu lalu dibuka.
Secara terpisah, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, di Manado, kemarin, mengungkapkan, Indonesia masih minim lembaga pendidikan yang menghasilkan ahli perencana kota. Dari jumlah yang ada pun, hanya sebagian kecil yang ikut berpartisipasi aktif dalam menghasilkan ide bagi pembangunan dan perkembangan kota. "Jumlahnya baru 48 lembaga," kata Bambang.
Kondisi pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan ini, menurut Bambang, semakin diperburuk dengan sikap perencana yang masih menutup diri dengan ide cemerlang membangun kota yang baik dan humanis. Perencana kota itu tidak mau berbagi ide dengan masyarakat.
Pesisir
Terkait penataan perkotaan, Bambang mengatakan, sebagian besar kota utama di dunia terletak di kawasan pesisir. Kawasan pesisir dan sungai yang terhubung dengan wilayah tersebut menyediakan rute transportasi alami. Elemen ini sangat penting bagi perkembangan pusat perkotaan.
Menurut Bambang, kota pesisir harus memanfaatkan jalur air yang dimilikinya, baik sungai maupun pantai. Untuk transportasi dalam kota, masyarakat pesisir harus dapat memanfaatkan perjalanan melalui laut atau sungai.
"Transportasi laut dan sungai sangat penting bagi pergerakan barang sehingga diperlukan pengalihan beban jalan ke pelayaran pesisir atau angkutan sungai dan penyeberangan untuk kargo," ucapnya.
Bambang menjelaskan, kota pesisir di Indonesia terbentuk sejak lama. Kawasan ini memiliki keunikan sendiri sebagai pusat perdagangan karena terdapat pelabuhan. (Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News