kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Target swasembada kedelai sulit tercapai


Rabu, 01 Agustus 2012 / 15:53 WIB
Target swasembada kedelai sulit tercapai
ILUSTRASI. Polisi mengalihkan arus lalu lintas pengendara di pos penyekatan pembatasan mobilitas masyarakat pada PPKM Darurat


Sumber: KONTAN MINGGUAN 44 XVI 2012, Laporan Utama3 | Editor: Imanuel Alexander

Lonjakan harga kedelai akibat gagal panen di Amerika Serikat (AS), semestinya, bisa diantisipasi sejak akhir tahun lalu. Sayang, pemerintah tak punya langkah serius untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal. Target swasembada kedelai pada 2014 juga belum pasti.

Menurut Benny A. Kusbini, Ketua Umum Dewan Kedelai Nasional, produksi kedelai nasional saat ini hanya berkisar 600.000 ton hingga 800.000 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan kedelai tiap tahun mencapai 2,4 juta ton hingga 2,6 juta ton. Oleh karena itu, impor kedelai bisa mencapai 1,6 juta ton hingga 1,8 juta ton per tahun. “Artinya jika ingin swasembada 2014, harus ada peningkatan produksi kedelai tahunan sebanyak 600.000 ton selama tiga tahun,” tuturnya.

Dengan tingkat produktivitas lahan kedelai lokal yang mencapai 800 kilogram (kg) hingga 1 ton per hektare (ha), penambahan lahan yang dibutuhkan dalam setahun minimal 600.000 ha. Repotnya, penambahan itu tak jelas ada di mana. Dengan melihat fakta itu, Benny pesimistis, swasembada kedelai bisa tercapai pada tahun 2014.

Benny berharap, ada kebijakan yang terintergrasi antara beberapa kementerian. Jadi, soal ini bukan semata-mata menjadi tanggungjawab Kementerian Pertanian. Maklum, program pertanian juga membutuhkan pendukung seperti pendanaan, teknologi, energi, dan infrastruktur setelah panen.

Pemerintah juga harus memberikan subsidi untuk petani agar mau menanam kedelai. Sekedar contoh, Pemerintah AS menyalurkan insentif US$ 100.000 per tahun ke tiap petani untuk 100.000 petani yang ada di negara itu.

Di Indonesia, selama ini, pemerintah biasanya hanya membagi subsidi bibit. Tapi, setelah saat panen, harga jualnya di bawah biaya produksi. Alhasil, banyak petani hanya menjadikan bibit kedelai dari pemerintah sebagai selingan. Petani juga harus dilindungi dengan penerapan bea masuk kedelai impor tinggi, misalnya 20%.

Infrastruktur setelah panen merupakan bagian penting. Banyak petani kedelai belum memiliki tempat penyimpanan untuk menjaga stok. Pemerintah bisa membangun bank kedelai yang berfungsi untuk menyimpan sehingga kedelai tidak rusak dalam jangka waktu beberapa bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×