kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target tumbuh 30%, Graha Layar usung CGV Blitz


Jumat, 07 Agustus 2015 / 10:16 WIB
Target tumbuh 30%, Graha Layar usung CGV Blitz


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Tak cuma menambah jumlah jaringan bioskop, PT Graha Layar Prima Tbk berstrategi dengan meluncurkan konsep bisnis anyar beranama CGV Blitz. Graha Layar berharap strategi itu bisa jitu meningkatkan kinerja.

Dian Sunardi, Chief of Marketing PT Graha Layar Prima Tbk mengklaim, CGV Blitz ini memiliki teknologi lebih yang canggih ketimbang teknologi yang sekarang diusung bioskop Blitz Megaplex. Untuk sistem suara, CGV Blitz memakai sistem suara terbaru Dolby Laboratories, Inc.

Sementara untuk layar, CGV Blitz mengusung layar Sphere X berukuran 26 x 14 meter. Layar ini  melengkung  hingga bagian atap sehingga, kualitas gambar dan suara yang dihasilkan lebih maksimal. Ini berbeda dengan layar IMAX yang terpasang di Blitz Megaplex. Hanya 30% saja layar IMAX yang melengkung, yakni di sisi kanan dan kiri.

Graha Layar mengakui layar Sphere X yang mereka usung bukan yang kali pertama hadir di kalangan pecinta film. "Tapi Sphere X di Indonesia, tepatnya di Grand Indonesia Jakarta, merupakan Sphere X yang terbesar di dunia," klaim Dian, Kamis (6/8)

Konsep bioskop anyar itu bakal Graha Layar wujudkan mulai tahun ini juga. Kebetulan perusahaan berkode BLTZ di Bursa Efek Indonesia tersebut berencana menambah 40 layar bioskop di semester II-2015. Nah, mayoritas layar tersebut akan mengusung teknologi yang diusung  CGV Blitz. Pilihan lokasi penambahan layar tersebut seperti di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.

Asal tahu saja, Graha Layar berambisi menghadirkan delapan bioskop setiap tahun hingga tahun 2020. "Setiap tahunnya kami targetkan ada delapan titik baru bioskop, setiap titik, rata-rata ada sekitar tujuh layar," jelas Dian.

Untuk menghadirkan satu bioskop, Graha Layar merogoh kocek Rp 30 miliar–Rp 45 miliar, tergantung luas bioskop dan jumlah layar. Jadi, setiap tahun perusahaan tersebut harus mengalokasikan dana sebesar Rp 240 miliar–Rp 360 miliar setiap tahun jika ingin merealisasikan target penambahan delapan bioskop. "Rencana itu diharapkan mampu menopang target pertumbuhan pendapatan kami minimal 20%–30% setiap tahun," harap Ferdinand, Head of Strategic and Planning T Graha Layar Prima Tbk.

Di tengah upaya melebarkan sayap bisnis, Graha Layar tak memungkiri jika persaingan bisnis bioskop cukup ketat di tanah air. Strategi yang kompetitor usung pun serupa, yakni menambah jaringan bioskop atau meningkatkan kualitas teknologi.

Lalu, ada pula tantangan berupa rencana Grup Lippo yang tak mau memperpanjang masa sewa tenant bioskop di pusat perbelanjaan miliknya. Tujuan Grup Lippo  tak lain untuk mengembangkan bisnis sendiri bernama Cinemax. Tapi Graha Layar tak khawatir karena kini tak ada jaringan bioskop mereka yang menempati properti Grup Lippo.

Selain itu, Ferdinand bilang, Graha Layar memiliki fokus yang berbeda. "Mereka lebih menawarkan banyak lokasi, beda dengan kami yang menawarkan pengalaman baru dalam nonton film," ujar Ferdinand.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×