Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT TBS Energi Utama Tbk bakal memacu bisnis pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Emiten berkode saham TOBA tersebut menargetkan, jumlah kapasitas pembangkit EBT perusahaan bisa mencapai 100 megawatt (MW) di tahun 2025.
Wakil Direktur Utama TOBA, Pandu Patria Sjahrir mengatakan bahwa perusahaan mengalokasikan anggaran US$ 500 juta - US$ 600 juta untuk reinvestasi bisnis berbasis fosil menjadi bisnis hijau.
“Kami sekarang melakukan reinvestasi besar dari bisnis fossil fuel menjadi green business. Kurang lebih US$ 500 juta - US$ 600 juta dolar modal yang kami rencanakan baik dari sumber arus kas dan dari sumber pihak ketiga untuk bisa mencapai target tersebut,” tutur Pandu dalam acara public expose perusahaan yang digelar Kamis (1/12).
Mengintip materi paparan publik perusahaan pada Kamis (1/12), Manajemen TOBA sudah menyusun timeline proyek EBT guna mengejar target kapasitas 100 MW di 2025. Pada tahun 2023, TOBA memfokuskan agenda pengerjaan konstruksi untuk proyek EBT.
Berikutnya, TOBA menjadwalkan agenda COD untuk proyek-proyek EBT berbasis hidro, angin/bayu, biomassa, dan solar pv di tahun 2024. Sementara itu, di tahun 2025, TOBA merencanakan COD untuk proyek-proyek EBT berbasis hidro, biomassa, dan solar pv.
Baca Juga: TBS Energi Utama (TOBA) Incar Produksi 3 Juta Ton Batubara pada Tahun 2023
Saat ini, TOBA sudah mulai mengawal sejumlah proyek EBT. Misalnya saja proyek pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMh) berkapasitas 2x3 MW yang berlokasi di Sungai Way Besar, Kecamatan Sumber Jaya, Provinsi Lampung.
PT Adimitra Energi Hidro (AEH), yaitu entitas asosiasi dengan kepemilikan tidak langsung sebesar 49% (data laporan keuangan interim TOBA per 30 September 2022), telah menandatangani Power Purchasing Agreement (PPA) dengan PLN untuk proyek tersebut pada tahun 2021.
Menurut jadwal, PLTMh tersebut direncanakan memasuki tahapan COD pada Juni 2024 mendatang. Berdasarkan catatan manajemen, kemajuan proyek PLTMh Sumber Jaya sudah mencapai sekitar 25% saat acara paparan publik berlangsung.
Selain PLTMh Sumber Jaya, TOBA juga tengah mengawal proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) berkapasitas sekitar 20 MW di Indonesia Timur melalui PT Bayu Alam Sejahtera (BAS), entitas anak usaha dengan kepemilikan tidak langsung sebesar 100% (data laporan keuangan interim TOBA per 30 September 2022).
“Progresnya sekarang kami masih menunggu RFP (Request for Proposal), jadi makanya kami masih belum bisa share banyak terkait dengan proyek ini,” tutur Head of Corporate Strategy & IR TOBA, Nafi Sentausa dalam sesi tanya jawab public expose (1/12).
Nafi memastikan, TOBA bakal gencar mengejar PPA demi mengejar target pengembangan EBT.
“Konstruksi EBT itu kan rata-rata 2 tahun. Berarti harusnya kita sudah mulai konstruksi itu di 2023, 2024. Jadi memang dari segi timeline fokus yang kita lakukan per hari ini ini adalah business development effort, bagaimana kita bisa mendapatkan PPA-PPA terkait dengan target EBT yang kita miliki,” terang Nafi.
Menurut Pandu, agenda pengembangan bisnis hijau dilakukan dalam rangka mengejar target perusahaan untuk mencapai netralitas karbon alias net zero carbon di tahun 2030.
“Kami menargetkan menjadi salah satu pioneer green business revolution Indonesia dengan target net zero carbon status di 2030 yang memang jauh lebih awal dibandingkan dengan target nasional,” ujar Pandu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News