Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menetapkan rencana produksi sebesar 3 juta ton-3,5 juta ton batubara di tahun 2023. Hal ini diungkapkan oleh Head of Corporate Strategy & IR TOBA, Nafi Sentausa dalam sesi tanya jawab public expose perusahaan yang digelar Kamis (1/12).
“Target produksi untuk 2023 itu kurang lebih masih sama targetnya seperti di tahun 2022 ini, jadi antara 3-3,5 juta ton dalam setahun,” tutur Nafi, Kamis (1/12).
Menyoal target pasar, Nafi berujar bahwa penjualan ekspor batubara TOBA masih akan menyasar 3 pasar utama perusahaan, yaitu China, Hongkong, dan India. Meski begitu, ia memastikan bahwa TOBA bakal selalu terbuka melihat kesempatan-kesempatan yang ada di pasar.
Baca Juga: Harga Batubara Melonjak, Kinerja TBS Energi Utama (TOBA) Moncer Hingga Kuartal III
“Di luar itu kita juga ada penjualan ke Thailand, ada penjualan ke Filipina, memang market base kami cukup luas. Jadi memang kami bisa cukup flexible untuk melakukan penjualan batubara,” imbuhnya.
Sebelumnya, kinerja keuangan TOBA terdongkrak oleh tren harga batubara pada sembilan bulan pertama tahun ini. Manajemen TOBA mencatat, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) batubara perusahaan pada Januari-September 2022 mencapai US$ 106,4 per metrik ton di lini usaha pertambangan batubara, naik 83% dibanding ASP periode Januari-September 2021 yang sebesar US$ 58,1 per metrik ton.
Sementara itu, ASP pada lini usaha perdagangan atau trading batubara pada Januari-September 2022 mencapai US$ 87,9 per metrik ton, naik 36% dibanding ASP Januari-September 2021 yang sebesar US$ 64,7 per metrik ton.
Bersamaan dengan naiknya ASP, omzet lini usaha batubara yang menjadi penyumbang terbesar TOBA di sembilan bulan pertama, mengalami pertumbuhan 86,65% secara tahunan atau year-on-year (YoY) dari semula US$ 229,844 juta di Januari-September 2021 menjadi US$ 429,02 juta di Januari-September 2022. Jumlah tersebut setara 91,45% dari total pendapatan TOBA di Januari-September 2022.
Walhasil, pendapatan konsolidasi TOBA, terdongkrak 63,57% yoy dari semula US$ 286,80 juta di Januari-September 2021 menjadi US$ 469,13 juta di Januari-September 2022.
Dari pendapatan tersebut, TOBA mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 54,75 juta di Januari-September 2022, naik 60,23% dibanding realisasi Januari-September 2021 yang sebesar US$ 34,17 juta.
Naufan optimistis, kebutuhan batubara untuk ketenagalistrikan masih akan stabil di tahun 2023, terutama di China, India, dan Hongkong. Meski begitu, ia juga tidak menampik adanya risiko penurunan harga di tengah ancaman resesi, namun jumlahnya diyakini tidak signifikan.
“Dari segi harga pun walaupun mungkin akan ada penurunan dibandingkan dengan tahun ini, tapi pandangan kami penurunannya tidak akan signifikan,” tutur Naufan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News