kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Tekan impor, Kemendag seleksi investasi yang masuk


Selasa, 03 Februari 2015 / 15:50 WIB
Tekan impor, Kemendag seleksi investasi yang masuk
ILUSTRASI. Mengenal beberapa adat dan ritual tradisional pernikahan dari beberapa penjuru kebudayaan di Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/pool/nym.


Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pemerintah terus berupaya untuk menekan impor. Langkah ini akan didukung dengan kementerian dan lembaga teknis terkait seperti Kementerian Perdagangan (Kemdag), Kementerian Perindustrian (Kemperin), BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal).

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan mengatakan, upaya menekan impor tersebut dilakukan agar dapat disubstitusi dengan produk yang diproduksi di dalam negeri. "Apa yang kita impor banyak kita kurangi secara bertahap," kata Partogi, Selasa (3/2).

Langkah untuk mengurangi impor tersebut, menurut Partogi akan dilakukan dengan menyeleksi investasi yang masuk ke dalam negeri. Sehingga, pemerintah tidak akan memberikan restu begitu saja terhadap investasi yang masuk, tetapi hanya kepada industri yang sangat dibutuhkan saja.

Salah satu sektor yang akan dikurangi impornya adalah untuk produk gula. Tahun ini Kemendag tidak lagi memberikan izin impor gula untuk kebutuhan idle capacity atau kapasitas nganggur bagi Pabrik Gula (PG) pengolah tebu.

Selain itu, Kemendag juga tidak memberikan izin impor untuk gula kristal putih (GKP). Kemendag hanya akan memberikan izin impor gula mentah alias raw sugar bagi industri rafinasi yang digunakan untuk perusahaan makanan dan minuman.

Pemerintah juga mendorong impor produk tersebut untuk memenuhi kepentingan ekspor. Langkah untuk memproduksi barang dengan orientasi ekspor tersebut seiring dengan target Kemendag yang mematok peningkatan sebesar 300% dalam lima tahun mendatang.

Sekedar catatan, perdagangan nonmigas selama 2014 mencatat surplus sebesar US$ 11,2 miliar. Kinerja ini mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2013 yang tercatat US$ 8,5 miliar. Peningkatan surplus perdagangan tersebut ditopang oleh turunnya impor nonmigas sebesar 4,7%, lebih besar dibandingkan penurunan ekspor nonmigas sebesar 2,6%.

“Naiknya surplus neraca perdagangan nonmigas mampu menekan defisit neraca perdagangan migas sehingga memperbaiki defisit total neraca perdagangan di tahun lalu,” kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel.

Perdagangan non migas dengan India, Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Uni Emirat Arab menyumbang surplus perdagangan nonmigas selama 2014 dengan kontribusi mencapai US$ 24,7 miliar. Sementara itu, RRT, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Australia menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai US$ 21,6 miliar.

Selama 2014, total impor mencapai US$ 178,2 miliar, menurun 4,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 186,6 miliar. Struktur impor masih didominasi bahan baku/penolong yakni 76,4% meskipun nilainya mengalami penurunan sebesar 4,1% secara year on year (YoY).

Berdasarkan negara asal impor, sebagian besar impor dari negara mitra dagang utama mengalami penurunan antara lain dari Jepang, Amerika Serikat, dan Malaysia. Barang dari Jepang yang impornya turun antara lain kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, serta kendaraan bermotor.

Barang dari Malaysia yang impornya turun antara lain besi dan baja, makanan olahan, dan produk kimia. Barang dari AS yang impornya turun antara lain mesin-mesin, produk kimia, dan perangkat optik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×