Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Booming telepon seluler (ponsel) yang bisa serba online kembali terjadi. Jika pada tahun lalu, tren ponsel lebih mengacu pada bentuk fisiknya yang mirip smartphone BlackBerry, kini lebih bergeser pada fungsi akses jejaring sosial yang makin murah dan suguhan fitur kirim pesan instan yang menyerupai BlackBerry Messenger (BBM).
Pihak yang merasakan dampak dari tren itu adalah Bakrie Telecom. Dengan ponsel bundling andalan bernama Hape Esia Online, operator telekomunikasi berbasis code division multiple access (CDMA) ini sampai kewalahan melayani pesanan yang masuk. "Hingga kini sudah terjual lebih dari 100.000 unit," kata Irfandi Firmansyah, Executive Vice President (EVP) Sales PT Bakrie Telecom (BTEL), (8/3).
Padahal, meski peluncurannya telah berlangsung pada pertengahan Desember 2009, ponsel seharga Rp 699.000 ini baru ada di pasaran di awal Januari 2010. Fenomena ini mirip seperti saat Nexian bundling XL meluncur ke pasaran pertengahan 2009 lalu. Kala itu, ponsel mirip BlackBerry seharga Rp 999.000 ini laku 50.000 unit dalam waktu 1,5 bulan. Sayangnya, pasokan yang tersendat sempat mengecewakan pelanggan ponsel yang didistribusikan PT Metrotech Jaya ini.
Nah, tak ingin kondisi serupa menimpanya, Irfandi buru-buru menjelaskan, pihaknya pada awal peluncuran memang hanya menyediakan stok sekitar 50.000 unit saja. "Namun sekarang stok terus kami tambah, sehingga masa tunggu tak lebih dari 2 minggu," ujarnya.
Aurelius Noorman Iljas, General Manager Corporate Communication BTEL menyebutkan, larisnya Hape Esia Online ini selain faktor harga juga lantaran koneksinya dengan jejaring sosial seperti yang ada dalam aplikasi BlackBerry.
Meski teknologi jaringannya tak seciamik BlackBerry, namun Aurelius memastikan, aplikasi di produknya resmi dari perusahaan penyedia layanannya dan bukan hanya sekedar web link.
Aurelius mengatakan bahwa berbagai aplikasi seperti Facebook, Yahoo!, Opera, Qualcomm. Huawei, dan Miyowa didukung oleh CDG (CDMA Development Group), yakni asosiasi perdagangan yang dibentuk untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi CDMA di dunia.
Uniknya, pada produknya ini, Esia hanya memungut biaya sebesar fitur yang diakses saja. "Ini mirip sistem tebar di rumah makan padang, semua kami sajikan tapi bayar saja yang diambil," katanya.
Makanya ponsel berbentuk QWERT ini mampu menarik minat pasar yang sebagian besar terdiri dari segmen menengah ke bawah yang sensitif terhadap harga. "Kami sengaja membuat sistem seperti itu, belajar dari pengalaman tarif SMS per karakter yang kami pergunakan," imbuh Aurelius.
BlackBerry yang jadi trendsetter fenomena serba online tersebut tentu tak tinggal diam. Menyadari pasarnya berpotensi tergerus berbagai ponsel murah, smartphone buatan Research In Motion (RIM) ini pun kian aktif mempromosikan diri.
Mulai Maret ini, ponsel asal Kanada ini memulai program 'Jadilah Miliarder BlackBerry'. Lewat promo tersebut, setiap pengguna BlackBerry bergaransi resmi berpeluang untuk mendapatkan hadiah Rp 1 miliar. "Kompetisi ini berlangsung sejak 1 Maret hingga 10 April 2010," jelas Rachel Kooi, juru bicara RIM.
Demi mendukung programnya dan sesuai segmen yang dibidik, rencananya dalam waktu dekat akan ada konvoi mobil Mercedes yang telah di-branding 'Jadilah Miliarder BlackBerry' yang berkunjung ke Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lewat Yogyakarta.
Meski pesaing makin semarak RIM tetap optimis pendapatannya terus berkembang. Kendati belum ada hitungan final, RIM menargetkan pendapatannya di seluruh Indonesia mampu mencapai US$ 4,2 miliar hingga US$ 4,4 miliar. Pendapatan itu ditargetkan tercapai pada akhir kuartal IV tahun fiskal 2010 yang berakhir 27 Februari 2010 lalu. Hingga Januari kemarin, jumlah pelanggan lewat tiga operator terbesarnya yakni Indosat, XL Axiata, dan Telkomsel diperkirakan mencapai 800.000-an.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News