Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Merlinda Riska | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sejumlah perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) memang tengah getol berencana mengubah aset yang menganggur menjadi sumber pendapatan. Kali ini giliran PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atawa Telkom, yang berbagi cerita. Perusahaan halo-halo ini akan membangun properti komersial melalui anak perusahaannya, PT Graha Sarana Duta atau Telkom Property.
Untuk memuluskan rencana tersebut, Telkom mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 850 miliar–Rp 1,1 triliun bagi Telkom Property. "Sekitar 5% dari total capex Telkom. Capex terbesar masih untuk Telkomsel yaitu 60%," kata Direktur Keuangan Telkom Honesti Basyir, kepada KONTAN, Selasa (22/7).
Asal tahu saja, total capex Telkom tahun ini adalah Rp 17 triliun–Rp 22 triliun. Nantinya, Telkom Property akan membangun properti komersial di luar kebutuhan Grup Telkom. Jenis properti yang dibangun bisa berupa hotel, gedung perkantoran atau lainnya. "Sejatinya kami mau ekspansi ke luar, tapi sekarang masih on progress, jadi belum bisa banyak bicara," ujar Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo saat buka bersama media, pekan lalu.
Tak tanggung-tanggung Telkom Property akan menggarap aset menganggur berupa lahan seluas 2 juta meter persegi (m²). Tanpa menyebutkan lokasi persis, Indra Utoyo, Director of IT, Solution & Strategic Portfolio Telkom, bilang aset Telkom ada di kawasan premium dan memiliki potensi bisnis menjanjikan.
Skema bagi hasil
Telkom Property tak bekerja sendirian tapi berencana menggandeng pihak ketiga dengan model kerjasama revenue sharing alias bagi hasil. "Namun untuk detail mitra sebaiknya ditanyakan ke Telkom Property," kata Indra, kepada KONTAN, (18/7).
Sayangnya, ketika KONTAN meminta penjelasan lebih detail ke Telkom Property, manajemen perusahaan ini belum mau banyak bercerita dengan alasan pembangunan proyek belum berjalan. "Karena Telkom adalah perusahaan terbuka daripada timbul ketidakpastian pada investor, jadi nanti saja kalau sudah waktunya saya undang," elak Direktur Utama Graha Sarana Duta Ahmad Kordinal, (22/7).
Yang pasti, Telkom mempunyai dua alasan menggarap aset menganggur ini. Pertama, mendapatkan nilai tambah. Aset menganggur ini berasal dari seiring perkembangan teknologi, Telkom kian efisien menggunakan perangkat telekomunikasi. Dari sisi ukuran misalnya, peralatan teknologi makin mengecil. Tak urung, penggunaan lahan makin menyempit.
Kedua, aturan yang membatasi BUMN menjual aset, seperti Undang-Undang (UU) No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 Tahun 2004 mengenai Perbendaharaan Negara. Dengan kata lain, BUMN hanya bisa menjual aset melalui prosedur UU.
Rencana perusahaan halo-halo plat merah ini sebenarnya bukan cerita baru. KONTAN, pernah sedikit menyinggung cerita ini pada pemberitaan 19 Juli 2014.
Sebelumnya, Telkom Properti bersiap membangun 19 hotel, komersial ritel dan dua properti multifungsi dalam lima tahun ke depan. Ini merupakan bagian dari strategi optimalisasi aset di lebih dari 2.600 lokasi aset tak produktif Telkom.
Perlu Anda ketahui, Telkom Property bukan perusahaan kemarin sore. Perusahaan ini berdiri 30 September 1981. Namun baru bergabung ke Telkom sejak 25 April 2001. Selama ini Telkom Property hanya bertugas membangun dan merawat properti untuk internal Telkom.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News