Reporter: Rika Theo, Time |
JAKARTA. Senin ini beredar banyak berita bahwa internet di dunia terancam mati. Kehebohan kiamat internet ini berasal dari serangan virus atau malware bernama DNSChanger. Tapi jangan khawatir, apa yang terjadi hari ini takkan sedramatis itu.
Yang sebenarnya terjadi hari ini, FBI hanya akan menutup 2 server di dunia untuk mengatasi penyebaran malware itu. Ketika kedua server tadi tak berfungsi, maka komputer-komputer di dunia yang terinfeksi malware takkan bisa menerjemahkan alamat situs ke dalam IP adress.
Berapa jumlah komputer yang kena dampaknya? Sejumlah ahli mengatakan hanya berkisar antar 250.000 hingga setengah juta komputer di seluruh dunia. Jurubicara DNS Changer Working Group (DCWG) Barry Green menenangkan ketakutan para pengguna internet di dunia.
"Berbagai estimasi memperkirakan jumlah PC di dunia antara 1 juta hingga 2 juta. Artinya 250.000 komputer yang masih terinfeksi hanya sekitar 0,02% dari semua PC di dunia. Ini bukan masalah besar."
DNSChanger sendiri bukan virus anyar. Ia diciptakan pada tahun 2007 oleh para penjahat dunia maya. DNSChanger memanipulasi DNS (Domain Name System) yaitu sistem yang akan menerjemahkan website yang Anda ketikkan di layar komputer Anda seperti www.kontan.co.id ke dalam angka-angka alamat IP-nya (IP Adress).
Jadi, saat DNSChanger menyerang komputer Anda, ia akan mengubah informasi DNS dan membawa Anda ke alamat IP situs-situs tipuan atau iklan yang diinginkannya.
Namun, FBI telah menangkap para penjahat dunia maya itu dan menyita server mereka pada November lalu.
Masih khawatir? Jika ingin tahu apakah komputer Anda termasuk salah satu dari 250.000 yang terinfeksi, silakan cek di http://www.dns-ok.us/. Kalau muncul latar hijau, berarti aman.
Kalau muncul latar merah? Anda terinfeksi, tapi Anda bisa menyembuhkannya langsung dengan mengunjungi http://www.dcwg.org/fix/.
Tifatul: Indonesia aman
Tadi malam di Twitter, Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menegaskan bahwa Kiamat Internet ini hanya isu. "Tidak benar akan terjadi kemacetan massif jaringan internet di Indonesia, Senin 9 Juli 2012," tandasnya.
Menurutnya, memang benar sekitar 4 tahun lalu ada serangan besar virus trojan yang sampai melibatkan FBI untuk menyelidikinya.
FBI kemudian merilis 25 negara yang berisiko tinggi terjangkit trojan itu. Namun, kebanyakan adalah negara-negara di Eropa, bukan Indonesia. "Di Indonesia sendiri pernah dilakukan riset oleh peneliti virus & tak ditemukan perkembangan virus Trojan tersebut," imbuhnya.
Meski begitu, ia berpesan agar tetap waspada, scan dan bersihkan piranti lunak komputer secara rutin. Update selalu anti virus. "Penting: jangan sembarang membuka kiriman link via email yang aneh & mencurigakan dari orang yang tak kita kenal," tulisnya dalam akun @tifsembiring.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News