Reporter: Amalia Fitri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perkapalan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) menjadi salah satu emiten yang terdampak kenaikan harga minyak akibat konflik antara Amerika Serikat dan Iran beberapa waktu terakhir.
Wakil Direktur Utama Mitrabahtera Segara Sejati, Lucas Djunaidi menjelaskan efek tersebut menambah biaya operasional pada perusahaan. Namun demikian, pihaknya juga telah menyiapkan antisipasi menghadapi kenaikan harga bahan bakar tersebut.
Baca Juga: Simak Agenda Bisnis dan Rekomendasi Saham Emiten Pelayaran Tahun Ini
"Di antaranya adalah klausul rise and fall adjustment di beberapa kontrak, serta efisiensi performa seperti trip ratio serta mengurangi waiting time," jelasnya pada Kontan, Jumat (17/1) lalu.
Ia melanjutkan, strategi klausul rise and fall adjustment berlaku untuk spot (jangka pendek) karena pihaknya sudah bisa menakar keuntungan yang akan diperoleh dengan rate yang disepakati dan biaya bahan bakar yang dibelanjakan.
Baca Juga: Menilik rencana bisnis beberapa emiten pelayaran pada 2020
Sedangkan strategi efisiensi seperti trip ratio dan pengurangan waiting time, dilakukan dilakukan agar kapal dapat terus bekerja tanpa menunggu waktu lebih lama.
"Ini mencegah memboroskan bahan bakar dan berpotensi menekan pendapatan," lanjutnya.
Berdasarkan laporan keuangan Kuartal III 2019, MBSS berhasil berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 17% menjadi US$ 60,59 juta.
Baca Juga: Mitrabahtera Segara (MBSS) siapkan capex US$ 14,6 juta tahun ini, untuk apa saja?
Pendapatan dari segmen tunda dan tongkang masih menjadi kontributor utama dengan jumlah US$ 42,71 juta atau 70,5% dari total pendapatan.
Anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) ini berhasil membalik laba bersih menjadi US$ 547.220, setelah rugi US$ 10,40 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News