Reporter: Adisti Dini Indreswari, Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pesatnya perkembangan dan kebutuhan akan teknologi informasi (TI) di Indonesia memacu para pebisnis TI global berlomba-lomba memasuki pasar domestik. Salah satunya, penyedia jasa dan perangkat lunak TI asal Amerika Serikat, Tibco Software Inc. yang mulai merangsek ke Indonesia pada Juli 2012. Pada tahun pertama beroperasi, Tibco menargetkan bisa menjaring hingga lima klien.
Managing Director/Regional Vice President Asia Tibco Neeraj Shaabi menyebut, Indonesia merupakan negara ketiga di Asia yang menjadi tujuan ekspansi Tibco setelah Hong Kong dan Singapura. Indonesia dinilai berpeluang karena merupakan negara dengan ekonomi terkuat di Asia Tenggara. Potensi pasar TI di Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 6 miliar.
Saat ini, Tibco sudah punya tiga klien di Indonesia, yaitu PT Finnet Indonesia yang merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia, PT Hutchison CP Telecommunications, dan PT XL Axiata Tbk. Neeraj menyebut, setelah perusahaan telekomunikasi, Tibco juga membidik perusahaan jasa keuangan.
Namun, dia enggan menyebutkan target pendapatan di Indonesia. Yang jelas, secara global Tibco menguasai 12%-25% pangsa pasar jasa TI. "Kami sudah cukup gembira kalau bisa mencapai kisaran tersebut di Indonesia," ujar Neeraj di Jakarta, Rabu (5/9).
Sebagai gambaran, tahun lalu, pendapatan Tibco secara global mencapai US$ 920 juta, atau tumbuh 22% dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan terbesar berasal dari Amerika Serikat, yaitu 55%. Menyusul Eropa, Timur Tengah, Afrika sebesar 35%. Sedangkan pasar Asia Pasifik baru menyumbang 10%.
Secara global, klien Tibco didominasi perusahaan jasa keuangan, yakni sebesar 25%. Selanjutnya, perusahaan telekomunikasi 15%, serta pemerintahan dan energi masing-masing 10%. Namun, di Indonesia, Neeraj justru berharap kontribusi telekomunikasi lebih besar karena bisnis ini tumbuh pesat di Tanah Air.
Pemain lain di industri TI, Cloud VMWare Indonesia menawarkan layanan infrastruktur virtualisasi Software-Defined Datacenter. Perusahaan ini menargetkan pendapatan di semester II naik 40% dari semester I-2012.
Country Manager VMWare Indonesia, Andreas Kagawa optimistis, pendapatan bisa meningkat seiring diluncurkannya layanan data center terbaru. Layanan itu diyakini bisa memangkas pengeluaran perusahaan untuk kebutuhan TI hingga 80%. "Layanan cloud sudah makin diterima di Indonesia, khususnya oleh korporasi," kata Andreas.
Meski tidak menyebut realisasi pendapatan di Indonesia, secara global VMWare meraih pendapatan US$ 3,77 miliar di semester I lalu. Adapun, di Indonesia, VMWare telah menorehkan pertumbuhan pendapatan 70% pada semester I. Saat ini, VMWare memiliki 400 klien di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News