Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai saat ini Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru Energi terbarukan (EBET) masih dalam proses. Kabar terakhir pada akhir Agustus lalu, DPR masih menunggu Surat Presiden (Surpres).
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan sejalan dengan proses RUU EBET pihaknya terus mengawal dan memastikan program-program yang masuk di RUPTL terus berjalan.
“Beberapa proyek juga sudah diresmikan misalnya saja panas bumi di Rantau Dedap dan Sokoria, beberapa juga nanti ada hidro mulai banyak yang masuk, memang tidak besar sih,” jelasnya saat ditemui Kontan.co.id di Kementerian ESDM, Senin (19/9).
Baca Juga: Pengembang Energi Baru Terbarukan Tunggu Aturan Turunan Perpres 112/2022
Selain pengembang energi terbarukan semakin ramai, saat ini pelaku usaha di sektor energi baru yakni nuklir juga mulai melirik Indonesia karena melihat lampu hijau dari RUU EBET.
Mengacu pada draf RUU EBET, nuklir dibahas dalam Bab IV tentang Energi Baru. Pada pasal 6 ayat (1) Sumber Energi Baru terdiri atas nuklir dan Sumber Energi Baru lainnya.
Lalu pada pasal 7 disebutkan, nuklir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dimanfaatkan untuk pembangunan pembangkit daya nuklir. Pembangkit terdiri atas pembangkit listrik tenaga nuklir dan pembangkit panas nuklir.
Dadan mengakui, dari dulu memang sudah banyak negara yang menawarkan teknologi nuklirnya ke Indonesia hanya saja terganjal belum ada undang-undang yang mendukung.
“RUU EBET ini diharapkan jalan,” ujarnya.
Kendati negara lain sudah banyak berminat menawarkan teknologi nuklirnya, Dadan menegaskan, ada proses pengadaan yang berjalan, jadi tidak bisa datang lalu dapat. Harus buat rencana membangunnya dan bagaimana pengadaannya.
Sebelumnya, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Rohadi Awaludin mengungkapkan, sudah ada banyak negara yang melirik Indonesia untuk mengembangkan PLTN.
“Ada beberapa perusahaan yang kita juga sedang menjalin komunikasi, ada dari Amerika Serikat, Denmark, Jepang, dan lainnya,” jelasnya saat ditemui di Kawasan Nuklir Serpong, (16/8).
Baca Juga: Tiga PLTU Batubara Bakal Pensiun Dini di Akhir Tahun 2022
Sejumlah negara itu menjajakan teknologi pembangkit nuklir yang beragam. Rohadi mengatakan misalnya saja Amerika Serikat menawarkan pembangkit berteknologi thorium molten salt reactor (MSR) dan small modular reactor (SMR). Lalu Denmark menawarkan MSR dengan bahan bakar uranium, sedangkan Jepang sudah menjalin komunikasi tetapi belum menyebut jenis pembangkitnya.
“Kami sekarang menjalin komunikasi dengan beberapa pihak, setelah intensif mana yang paling siap,” kata Rohadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News