Reporter: Andri Indradie, Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Kabar mengagetkan datang dari Multiply, salah satu pengelola situs belanja online. Kepada para pelanggannya, kemarin (26/4), Multiply mengirimkan surat yang menyatakan "tutup toko" secara resmi per 6 Mei tahun ini. Lantas, akhir Mei, secara resmi Multiply akan berhenti.
Stefan Magdalinski, Chief Executive Officer Multiply mengaku sudah kurang lebih satu tahun lalu, timnya memulai pekerjaan dan tugas berat. Tugas utama itu adalah mengubah total model bisnis Multiply, dari jejaring sosial ke situs e-commerce. Tapi, setelah berusaha keras, Multiply tidak berhasil. "Meski hasil akhirnya bukan ini yang kami inginkan," ujar Magdalinski.
Menurut Magdalinski, keputusan itu terpaksa diambil lantaran segala sesuatu yang telah mereka rencanakan ternyata tak berjalan. Kegagalan itu antara lain Multiply sebagai entitas bisnis berplatform e-commerce tak bisa turn-around meski sudah berjalan sekitar satu tahun.
Asal tahu saja, tahun lalu, Multiply yang 81% sahamnya dimiliki MIH Group (Afrika Selatan) mengalihkan kegiatan jejaring sosial ke bisnis e-commerce untuk mengeruk potensi cuan dari 5,5 juta pengguna. Bahkan, Multiply memindahkan kantor pusatnya dari Amerika Serikat ke Jakarta untuk tujuan ini.
Bersamaan dengan penutupan usaha di Indonesia, Multiply juga melakukan langkah serupa di Filipina. Meski begitu, Magdalinski bilang, MIH Group masih optimistis dengan bisnis di Indonesia. MIH yang 100% sahamnya dimiliki Naspers bakal berinvestasi ke model iklan baris online dengan masuk ke Tokobagus.com.
Sayang, Magdalinski enggan mengungkap detail rencana bisnis ini. KONTAN juga belum mendapat tanggapan dari Tokobagus.com meski telah berusaha menghubungi.
Menanggapi keputusan Multiply ini, pengamat e-commerce, Andi S. Boediman, menilai investasi di bisnis e-commerce memang cukup besar. Dia mengibaratkan e-commerce adalah mal. "Jika ingin membangun mal, jangan tanggung-tanggung," kata dia.
Ada tiga hal kunci agar sukses di bisnis e-commerce, yakni memperkuat infrastruktur, mendatangkan merchant berkualitas, dan mampu mendatangkan trafik pengunjung dalam jumlah besar. Mungkin saja, Multiply gagal memenuhi tiga hal tersebut.
Yang pasti, Andi meyakini industri e-commerce di Indonesia sangat prospektif. Dari sekitar 60 juta pengguna internet di Indonesia, sebanyak 3,6 juta atau 6% di antaranya terlibat dalam aktivitas e-commerce. "Dua tahun lagi, pengguna internet mencapai 80 juta dan 10%-15% dari jumlah itu terlibat dalam jual beli online," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News